Rabu, 19 April 2017

(CERBUNG) Story About A, part 8

Story About A
Part 8

            “Kenapa pada pulang?” Seru Alifia disebuah video call yang dilakukan Anna dan Anisa pagi ini disebuah kafe.
            “Maaf ya, bukan apa-apa. Tapi kemarin kita buru-buru banget karena tiba-tiba Anna sama Alfa dipanggil dosen pembimbing mereka, dan alhasil kita langsung pulang berempat tanpa nunggu lo. Maaf ya!” Jawab Anisa memberi alasan yang masuk akal agar Alifia percaya mengapa mereka pulang dahulu tanpa mengemasi barang-barang di villa dan pamit pada Alifia.
            Sejujurnya yang terjadi kemarin pagi adalah, Alfa dengan tiba-tiba saja tidak sadar kan diri dipunggung Afnan saat ia sedang bersandar. Mereka khawatir akan apa yang dialami Alfa dan langsung saja tanpa menunggu persetujuan, mereka membawa Alfa kembali dan memanggilkan dokter kerumahnya.
            Saat itu, Afnan sengaja tidak pulang demi menunggu Alfa siuman. Sedari awal, ia lah yang paling resah diantara mereka. Dan mereka pun sengaja tidak memberitahu Alifia, agar ia tak ikut khawatir.
#          #          #
            “Hellaw!!!” Seru Anna dan Anisa bersama-sama. Mereka sedang berada di rumah Alfa dan mendapati Alfa juga Afnan yang asyik bermain game diruang tengah.
            “Lah kalian? Tumbenan kesini!”
            “Kagak boleh nih? Yah, Anisa kita diusir. Balik yok!” Seru Anna sambil menarik paksa tangan Anisa.
            “Haha, canda ih!”
            “Ini nih, mau nganterin bawaan kalian waktu di villa.”
            “Wahh makasih! Baik deh!” Seru Afnan mengambil tas nya.
            “Dari dulu keles!” Seru Anna juga Anisa dengan volume suara mereka yang mengalahkan suara 8 oktaf milik Agnez Mo.
            “Oh, iya Alfa! Gimana keadaan lu? Udah baikan?”
            “Nah, lu bisa lihat gue sekarang gimana!”
            “Cemen bet dah lu, Al! Baru ditinggal Alifia pergi aja udah kagak sadaran 24 jam! Cowok macam apa lu!” Ledek Anna merebut stick game yang sedang digunakan Afnan.
            “Hei, stick game gue!” Protes Afnan merebut kembali stick nya.
            “Gue pengen main!”
            “Ngga mau, gue belum selesai!”
            “Bentaran, ah! Afnan!”
            “Ih!!!”
            Dan akhirnya Afnan juga Anna pun berebut stick untuk bermain game. Sedang Alfa dan Anisa hanya bisa melihat tanpa bisa menghentikan nya. Mereka tertawa karena Anna dan Afnan ingin memakai stick yang sama padahal stick milik Alfa sedang tidak digunakan.
            Sementara mereka ribut dengan stick game nya. Anisa asyik dengan ponsel dan cemilan di hadapan nya. Ia duduk di sofa disamping Alfa.
            “Anisa! Gue kangen deh kayak dulu lagi.” Ujar Alfa. Ia mulai bercerita akan dirinya yang entah bagaimana perasaan nya terasa tersiksa saat mendapati Alifia pergi bersama seorang lelaki saat mereka sedang membeli ice cream kemarin.
            “Kangen bareng sama Alifia lagi maksudnya? Udahlah, Al. Lagian cowok yang bareng Alifia kemarin itu ngga ada hubungan special kok sama Alifia.”
            “Lu tau dari mana soal itu? Bahkan lu aja belum tau siapa cowok yang gue maksud.”
            “Gue kenal kok sama cowok itu. Dia—“
            “AARRGH!!! AFNAN CURANG!” Teriak Anna membuat Anisa menghentikan bicara nya. Anna lagi-lagi berdebat soal game dengan Afnan.
            “Enggak, ih! Lu aja yang emang kalah! Wlee..” Seru Afnan menjulurkan lidahnya.
            “Lu yang curang, Afnan! Pokoknya gue yang menang di game ini!”
            “Hih, kagak bisa dong! Sekali gue yang menang ya tetap gue!”
            “Enggak! Lu curang!!!”
            “POKOKNYA LU YANG KALAH, ANNA!!!”
            “ENGGAK!!!”
#          #          #
            Singkat cerita, semenjak hari itu, Alfa merasa tubuhnya lemah dan tak kuasa menahan sakit dikepalanya. Alhasil, kini Alfa hanya bisa terbaring disebuah kasur rumah sakit ditemani keempat sahabatnya itu.
            “Gengs, kalian kalo capek pulang aja. Gue disini udah ada yang nemenin kok.” Ujar Alfa. Keempat sahabatnya itu, sudah sejak pagi bertengger di samping ranjang Alfa. Sedangkan Alfa baru dua jam ini siuman.
            “Yaudah, Al. Kita pulang dulu ya! Besok kita kesini lagi kok. Lu jan lupa minum obat!” Seru Afnan. Mereka melihat kegelisahan pada mata Alifia. Maka dari itu mereka memutuskan untuk pergi dan mencoba menenangkan hati Alifia.
            Mereka keluar kamar dan saat itu pula Alifia dengan tanpa ragu memeluk Anna dan Anisa lalu menangis sejadi-jadinya. Mereka menuntun Alifia pergi ke taman, khawatir Alfa mendengar tangisan Alifia.
            “Lu semua jahat! Kenapa sembunyiin keadaan Alfa sama gue? Kenapa cuma gue disini yang baru tau tentang Alfa? Kenapa kalian tega giniin gue?” Tangis Alifia lagi-lagi pecah. Anna, Anisa dan Afnan membiarkan Alifia mengeluarkan kegelisahannya. Mereka mengakui kesalahan mereka karena baru memberitahu Alifia soal keadaan Alfa.
            “Kita minta maaf soal itu. Kita cuma ngga mau bikin lo khawatir. Dan Alfa juga yang kemarin bilang ke gue soal lu yang ngga perlu tau.” Seru Afnan mencoba menjelaskan.
            “Kenapa Alfa lakuin itu? Kenapa dia ngga mau gue tau keadaan dia? Dia bilang kita sahabat, tapi—“
           “Karena dia sayang sama lo, Alifia! Lo harusnya ngerti itu! Dia ngga mau bikin lo khawatir. Dia tau lo lagi deket sama cowok lain, maka dari itu dia ngga mau ganggu lo. Dia ngga mau ngusik kebahagiaan lo! Selama ini, dia rela sakit demi lo. Dia mau lakuin hal yang ngga dia suka demi lo! Dia rela ngapain aja demi lo, Alifia! Tapi lo? Lo malah pergi dan tinggalin dia!”
            “Cowok itu bukan siapa-siapa gue! Dia sekedar kenalan gue. Kalo Alfa pernah lihat gue dapet bunga dari dia. Itu bukan apa-apa. Dia cuma ngasih itu karena dia tau gue suka bunga.”
            “Eh diem! Gue dapet telfon dari mama nya Alfa!” Seru Anna membuat mereka diam.
            “Wa’alaikumsalam, ma.”
            “.....”

            “Ha? Iya ma. Anna sama temen-temen mau kesana.”
            "....."


BERSAMBUNG

Minggu, 16 April 2017

(CEERBUNG) Story About A, part 7

Story About A
Part 7

            ‘Gue nggak tau juga sih, An. Kalo emang bener gimana dengan Alfa? Bukannya mereka udah jadian ya?’ –Rachma-
            ‘Dilanjut nanti aja, An. Gue lagi sibuk diajak ngobrol mulu dari tadi. Dahh.’ Lanjut Rachma mengakhiri obrolan itu.
            Karena takut mengecewakan Alfa, Anna hanya menunjukkan obrolan nya dengan Rachma pada Anisa. Berharap Anisa dapat mengerti bagaimana Alfa kelak bila Alifia benar-benar akan dijodohkan dengan makhluk bernama Andre itu.
            “Lah, ini kan Andi yang pernah gue certain ke lu, Anna!” Seru Anisa keras karena terkejut mendapati foto Alifia yang dikirim Rachma tadi.
            “Andi? Andre? Jadi mereka orang yang sama? Pantes gue kek gak asing gitu pas lu kasih tau foto Andi. Alifia sebelum nya juga udah cerita soal itu ke gue. Gue kira Andre dan Andi itu dua orang yang berbeda.” Jelas Anna. Anisa terlihat gelisah. Dimatanya seperti ada api cemburu yang ia tujukan pada dua makhluk dalam foto itu. Alfa dan Afnan yang tak tau apapun hanya bertanya dan tak juga dijawab oleh mereka.
            “Jadi Rachma siapa nya Andi? Adik? Kakak? Siapa?” Tanya Anisa bertubi-tubi ingin mengetahui kebenaran akan semua ini. Karena ternyata Andi, lelaki yang dicintai nya selama ini mengenal Alifia sahabatnya. Dan bahkan, mungkin saja mereka akan benar-benar dijodohkan.
            “Andi? Andre? Siapa mereka? Kalian ngomongin apa sih? Kok sebut-sebut Alifia segala?” Tanya Afnan yang mulai penasaran dengan bahasan Anna dan Anisa.
            “Nggak kok. Bukan siapa-siapa.” Jawab Anisa mulai lemas. Mungkin ia benar-benar kecewa karena itu.
            “Jujur ih, kalian ngomongin apa?” Tanya Alfa memperjelas pertanyaan Afnan.
            “Bukan apa-apa!” Bentak Anisa. Mood nya mulai buruk saat itu.
            Setelah mengobrol lama, akhirnya mereka pulang. Anna bersama Anisa dan Afnan bersama Alfa. Mereka pergi menuju arah yang berbeda.
            Anna dan Anisa mampir sejenak ke sebuah taman. Disitu Anisa bercerita kembali soal betapa perhatian nya Andi selama ini dengan nya. Bahkan bisa disebut selama ini Andi memberikan harapan pada nya. Namun, harapan nya kini telah pudar setelah Rachma mengabari tentang pertemuan dua keluarga itu.
            “Udahlah, Nisa! Kita kan belum tau perjodohan itu bener apa enggak. Nanti kita tanya Rachma dulu aja, biar nggak salah faham. Lu jan sedih gitu, ah! Bukan Anisa itu namanya.” Ujar Anna menenangkan hati Anisa yang mulai rapuh. Setelah itu, mereka memutuskan untuk mengakhiri obrolan dan pulang.
            Pagi tiba. Dingin nya hari itu membuat Anna ingin sekali berlari pagi memutari komplek nya. Ia memutuskan untuk berlari seorang diri, karena ia yakin dijalan nanti akan bertemu teman-teman SMA nya dahulu yang juga suka berlari pagi, meski embun membuat udara terasa begitu dingin.
            “Jadi lo mau bilang apa, Anna?” Tanya Afnan. Anna dan Afnan tadinya hanya bertemu di persimpangan jalan dan karena mereka sama-sama sedang berlari seorang diri, mereka memutuskan untuk melakukan nya bersama.
            “GUE SUKA SAMA LO, AFNAN!” Teriak Anna dalam hati. Untung saja ia dapat menahan diri sehingga kalimat itu tak keluar langsung dari mulutnya.
            “Eh, gue lupa mau bilang apa. Hehe.”
            “Ah, udah tua kali lu pake pikun segala! Oh iya, gue mau nanya sama lo, udah lama mau gue tanyain tapi ngga sempet mulu.” Ujar Afnan.
            “Apa?”
            “Hubungan lu sama Kak Reza sebenarnya apa?”
            “Kak Reza? Hubungan gimana maksudnya?”
            “Kalian pacaran atau?”
            “Oh, enggak! Kita cuma temenan kok. Gue juga udah nggak kontekan lagi sama dia. Kenapa?”
            “Oh, bukan apa-apa.”
            Satu bulan berlalu. Tinggal menunggu hari liburan semester akan berakhir dan mereka akan beraktivitas layaknya mahasiswa kembali. Tentunya tugas yang menumpuk akan membuat mereka kesusahan untuk bertemu seperti disemester sebelumnya.
            Maka demi menghindari adanya gangguan rindu dan perdebatan saat mereka sedang sibuk dengan tugas masing-masing, akhirnya mereka memutuskan untuk sekali lagi menginap dan menghabiskan liburan akhir di villa milik keluarga Alifia di Puncak Bogor.
            Lagi-lagi rasa bahagia itu hadir. Tapi, kali ini bahagia itu terasa berbeda. Lamanya tidak bertemu ternyata membuat sifat mereka masing-masing mulai berubah dengan perlahan.
            “Gue udah capek nunggu. Gue sama yang lain aja ya, An?” Ujar Alifia setelah ia menceritakan tentang Alfa yang semakin lama semakin cuek terhadapnya.
            Alfa tentu sudah terang-terangan akan rasa cinta nya pada Alifia. Namun, hingga kini ia tak pernah berkata serius dengan Alifia tentang itu. Bahkan, untuk setiap pertemuan Alfa lebih suka diam dan tidak mengobrol dengan Alifia.
            “Jangan gitu ah! Gue nggak suka. Udahlah tunggu aja! Suatu saat Alfa pasti bakal tau perasaan lu dan mulai ngomong serius kok. Dia nggak bakal segampang itu ngelepas lu, dia kan udah suka sama lu sejak SD.” Ujar Anna yang seperti nya tak rela bila Alifia bersama lelaki lain. Ia sangat berharap bila kedua sahabatnya itu -Alfa dan Alifia- dapat bersatu, walau mungkin hingga kini Alfa belum mengetahui tentang perasaan Alifia yang sesungguhnya.
            “Semangat Alifia! Bertahan itu sulit. Tapi hasilnya selalu menyenangkan kok!” Timpal Anisa yang tiba-tiba saja datang dan duduk diantara mereka ditaman belakang villa.
            “Tapi, Anisa. Lu nggak tau kan, kemarin Anna ngajak Alfa jalan rencananya bakal ditemuin sama gue. Tapi, dia malah nolak dengan alasan tugas nya yang numpuk. Padahal kan ini lagi liburan.”
            “Positive thinking aja udah. Kita tidur aja sekarang, udah larut loh. Bahas itu nya dilanjut besok pagi aja.”
#          #          #
            Pagi tiba. Anna, Anisa dan Alifia pagi itu hanya bisa duduk dengan terkantuk-kantuk. Alfa dan Afnan membangunkan nya terlalu pagi karena mereka ingin sekali lagi merasakan jogging di puncak.
            “Gue ngantuk banget, sumpah!” Seru Anisa. Malam tadi, saat mereka memutuskan untuk kembali ke kamar selepas mengobrol ditaman, mereka tidak langsung tidur. Mereka malah asyik menonton drama korea hingga larut.
            “Ngantuk mulu hidup lu. Udah, ayo jogging sekarang! Biar semangat lagi. Mumpung masih gelap nih. Keburu matahari nya muncul.” Seru Afnan mencoba menyemangati tiga gadis itu.
            Mereka mulai keluar villa dan jogging bersama di hari yang gelap dan dingin itu. Bahkan jam masih menunjuk pukul 05.15. Namun, jalanan sudah ramai beberapa orang yang juga berniat untuk lari pagi.
            “Alifia, mau ice cream? Beli yuk!” Seru Alfa setelah mereka memutari beberapa komplek perumahan pagi itu.
            “Yuk!” Seru Alifia. Mereka berjalan ke seberang taman, dipinggir sebuah jalanan yang cukup sepi. Anna, Anisa dan Afnan sengaja membiarkan mereka berdua menghabiskan waktu bersama. Mereka bertiga berharap, Alfa dapat menyatakan tentang perasaan nya pada Alifia di saat itu juga.
            Namun, setelah beberapa saat Alfa datang seorang diri ke pinggir danau tanpa Alifia. Ia menghampiri ketiga sahabat nya itu dengan wajah lesu nya.
            “Kenapa?” Tanya Afnan pada Alfa yang bersandar dipunggungnya kala mereka duduk diatas rumput basah. Dan Alfa hanya menghembuskan nafas panjang lalu menutup matanya dan sepertinya tertidur pulas hingga beberapa jam terlewatkan.
            Saat terbangun, Alfa sudah berada di kamarnya dengan selimut tebal yang menutupi seluruh badan terkecuali bagian kepala. Ia merasa kepala nya begitu berat hingga tak kuasa terbangun dari kasur empuk yang ia tempati.
            “Kepala gue sakit banget, ya?”
            “Kebanyakan tidur lu, kebo!” Sahut Afnan dipinggiran jendela sambil menutup buku yang tadi ia bawa dan pergi mengambil segelas air putih untuk Alfa.
            “Masa? Sekarang jam delapan pagi. Baru dua jam gue tidur, ih.” Seru Alfa melirik jam dinding di kamar itu dan sesekali pandangan nya mengarah ke jendela, memastikan bahwa ini masih benar-benar pagi.
            “Sekarang hari senin, dan lu tidur sejak hari minggu jam 06.30 pagi ditaman dan lebih tepatnya di punggung gue! Oke?” Seru Afnan tak mau kalah setelah mengambilkan segelas air dan memberikan nya pada Alfa.
            “Ha? Yang bener? Bohong lu, ah! Ye keles, kek orang sekarat aja gue tidur sebegitu lama nya.” Protes Alfa lalu meminum gelas pemberian Afnan. Sedangkan Afnan hanya mengabaikan  nya dan kembali duduk dipinggir jendela dan membuka kembali buku yang tak sempat ia baca hingga halaman terakhir.
            “Lah, Afnan! Ini kan kamar gue. Perasaan kemarin kita masih di villa deh!”
            “Ih, ini villa apa kamar gue ya? Kalo kamar gue kenapa ada lo? Kalo di villa kenapa desain kamarnya mirip banget sama kamar gue dirumah?”
            Alfa terus saja berbicara tanpa bisa diam walau hanya satu menit. Ia tidak memperhatikan Afnan yang sedari tadi terus diam menyibukkan dirinya dengan buku yang dibawa dan berusaha menyembunyikan wajah kusutnya akibat tidak tidur semalaman menunggu Alfa yang tak juga bangun dari pagi kemarin. Sebenarnya apa yang terjadi pada Alfa, pertanyaan itulah yang menghantui pikiran Afnan semenjak tadi. 'Alfa, ada apa sama lo sebenarnya?'


BERSAMBUNG 

Jumat, 14 April 2017

(CERBUNG) Story About A, part 6

Story about A
Part 6

             Keesokan harinya, Anna dan Anisa jalan bersama ke sebuah mall dipusat kota. Seperti biasa mereka selalu mencari tempat makan untuk sekedar duduk dan mengobrol bersama.
            “An, gue mau cerita soal cowok.” Ujar Anisa setelah mereka selesai memesan minum dan makanan ringan.
            “Cowok? Wah lu udah taken ya? Nggak bilang-bilang, ih!”
            “Nggak, gue belum taken. Masih PDKT’an gitu sih.”
            “Siapa emang cowoknya? Gue kenal nggak?” Tanya Anna yang mulai penasaran dengan lelaki yang diceritakan Anisa tersebut.
            “Ini nih, keren kan dia? Temen satu fakultas gue dikampus.” Ujar Anisa memperlihatkan foto pada handphone nya dan mulai bercerita panjang lebar. Anisa bilang, lelaki itu yang selalu membantu nya mengerjakan tugas, mengajaknya makan bersama, jalan-jalan bahkan memperkenalkan Anisa dengan orangtua nya. Tapi, hingga kini Anisa bilang hubungan mereka masih sekedar berteman.
            “Kok wajahnya familiar ya buat gue? Kayak pernah lihat.” Ujar Anna mengomentari foto lelaki itu.
            “Iya? Lihat dimana?” Seru Anisa yang sedari tadi tak henti-henti nya tersenyum saat menceritakan lelaki yang bahkan Anna saja belum tau namanya.
            “Nggak tau, gue lupa. Pokoknya wajah dia nggak asing buat gue. Namanya siapa?”
            “Andi, keren ya?”
            “Hm, biasa aja sih.” Seru Anna tertawa dan menghindar dari serangan Anisa yang tak rela lelaki yang disukai nya itu diremehkan.
            “Hei Anna, Anisa!” Sapa seorang mendekat pada Anna dan Anisa.
            “Ini gue Rachma, ingat?”
            “Oh, Rachma! Yaampun lo tambah cantik aja, sampe-sampe gue nggak ngenalin loh!” Seru Anisa mencoba mencakal karena ia sempat tak mengenali gadis tersebut.
            “Ah, apaan deh lo. Gimana kabar kalian?”
            “Baik kok, baik banget malah.” Jawab Anna.
            “Oh iya, ini temen gue nama nya Sinta.”
            “Sinta?” Seru Anna dan Anisa terkejut karena wajah dan nama gadis itu tidak asing bagi mereka.
            “Iya, Sinta.” Kini giliran gadis itu yang berbicara
            “Ini yang sepupunya Alfa, yang kita salah sangka itu bukan sih, An?” Bisik Anisa pada Anna yang juga berfikir demikian.
            “Oh, kalian yang temen se-geng nya Alfa itu ya? Gue Sinta sepupunya. Alfa bilang kalian sempat salah faham karena ngira gue gebetannya dia, ya? Tenang aja, bukan kok.” Ujar Sinta sambil tertawa karena mendengar nama Alfa disebut-sebut.
            “Ehehe, maaf ya! Nggak bermaksud apa-apa kok.”
            Setelah pembicaraan demikian, mereka mulai akrab. Rachma masih sama seperti dahulu, ramah. Dan menurut Anna juga Anisa, Sinta adalah salahsatu gadis dengan selera humoris yang tinggi, cocok dengan mereka yang juga lebih senang diajak bercanda.
            Hari berlalu, tinggal menunggu hari esok liburan semester akan datang. Liburan dimana Alfa, Alifia, Afnan, Anna dan Anisa dapat berkumpul kembali.
            Dan hari esok pun datang. Seperti biasa Anna datang bersama dengan Anisa. Afnan dan Alfa sudah menunggu ditempat yang mereka janji kan untuk berkumpul. Sedang Alifia belum ada kabar.
            “Maaf gue nggak bisa datang dulu, mendadak ada urusan keluarga dan gue harus ikut.” Kata Alifia setelah mereka berhasil menelfonnya menggunakan ponsel Anisa.
            “Yaudah, have fun ya! Sekali lagi maaf.” Ujar Alifia lagi karena mereka mengungkap kekecewaan nya tentang Alifia yang mendadak ada urusan.
            Akhirnya mereka menjalani pertemuan itu hanya berempat. Sebenarnya itu sempat membuat Alfa sedikit lega, karena dengan itu ia dapat bebas bercerita tentang perasaan nya yang telah lama ia pendam untuk Alifia.
            Alfa menunjukkan semua pesan nya dengan Alifia di whatsapp. Terlihat sekali Alfa ingin mengatakan pada Alifia tentang perasaan nya. Namun, Alifia hanya merespon nya dengan biasa saja. Anna juga Anisa sebenarnya pun telah berkata yang sesungguhnya tentang Alifia yang juga mencintai nya. Namun, ia sedikit tak percaya karena sifat Alifia yang cuek padanya.
            ‘An, ini Alifia kan ya?’ Ponsel Anna bergetar dan muncul pesan dari Rachma. Rachma mengirim gambar seorang gadis yang duduk diseberang meja sambil tersenyum pada lelaki disampingnya.
            ‘Iya. Dimana itu? Kalian lagi keluar bareng? Itu siapa yang cowok?’ Balas Anna dengan cepat.
            ‘Jadi hari ini keluarga gue lagi meet up gitu sama temen lama nya nyokap bokap. Dan ternyata yang dimaksud itu keluarga Alifia. Masa kata adek gue, nyokap mau ngedeketin abang gue sama Alifia coba.’ –Rachma-
            ‘Abang lu? Oh, yang nama nya Andre itu ya? Alifia juga pernah cerita soal itu ke gue. Mereka jadi di jodohin?’ –Anna-
            ‘Gue nggak tau juga sih, An. Kalo emang bener gimana dengan Alfa? Bukannya mereka udah jadian ya?’ –Rachma-
            ‘Dilanjut nanti aja, An. Gue lagi sibuk diajak ngobrol mulu dari tadi. Dahh.’ Lanjut Rachma mengakhiri obrolan itu.
            Karena takut mengecewakan Alfa, Anna hanya menunjukkan obrolan nya dengan Rachma pada Anisa. Berharap Anisa dapat mengerti bagaimana Alfa kelak bila Alifia benar-benar akan dijodohkan dengan makhluk bernama Andre itu.
            “Loh, ini kan.." Pekik Anisa dengan suara melengkingnya. Semua orang yang ada disekitar mulai memandanginya dengan berbagai ekspresi, ada yang terganggu ada pula yang menatap dengan tatapan membunuh.
            "Ini kan.."

BERSAMBUNG

Minggu, 22 Januari 2017

(CERBUNG) Story About A, part 5

Story About A, Part5

             “Anna! Alifia! Lo berdua ngapain sih? Plis deh, jan cuma karena cowok kalian jadi debat serius kek gini! Emang seharusnya itu nggak ada nama nya cinta diantara kita berlima! Kita itu sahabat, dan selama nya akan menjadi sahabat! Nggak lebih dan nggak kurang. Kalo emang udah takdir cinta, pasti nggak bakal serumit ini!” Bentak Anisa yang sudah tak kuat dengan seruan Alifia dan Anna yang terus saja berdebat soal cinta dan perasaan.
            “Kalo emang Alfa suka sama lo, dia pasti bakal perjuangin lo dan nggak jalan sama cewek lain, Alifia! Dan lo Anna, kalo perasaan lo selama ini tersiksa, yaudah lepas Afnan. Coba sedikit-demi sedikit lupain cinta lo sama dia. Lo tau Afnan orangnya kek gimana. Lo harus bisa—“
            CEKLEK!
            “Ada apa ini teriak-teriak?” Anna, Alifia dan Anisa menoleh pada sosok itu yang membuat mereka terkejut setengah mati. Anisa bangkit dari duduk nya lalu menghampiri Afnan dan Alfa yang berada diambang pintu.
            “Gue mau—“ Ujar Alfa tertahan karena sebelum benar-benar berbicara Anisa mendorong Alfa dan Afnan keluar dan menutup pintu dengan keras. Anisa kali ini memang benar-benar kesal.
            Setelah insiden demikian, kamar yang tadi riuh kini sepi. Mereka bertiga tidak tidur, tidak pula saling berbicara. Hanya diam ditempat masing-masing. Alifia sibuk dengan ponsel nya diatas kasur, Anna terduduk diam didepan meja rias sambil membuka-buka majalah, sementara Anisa duduk disofa kamar sambil menatap serius laptop nya.
            Hingga pagi pun semua tak kunjung kembali normal. Afnan dan Alfa, para lelaki yang tidak tau apa-apa hanya bisa ikut diam dan mengobrol berdua saja tanpa ditemani para gadis. Anna dan Anisa yang biasa membuat riuh hanya bisa bertatap tanpa kata, juga Alifia yang tak kunjung membuka suara.
            Maka dimulai sejak pagi itu, tak pernah ada lagi obrolan dan candaan diantara mereka. Pun belum terungkap kebenaran tentang hubungan Alfa dengan Sinta. Dan sehari setelah itu, mungkin karena terlalu lelah mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing dan mempersiapkan diri untuk kuliah.
            Singkat cerita, mereka kini tengah memasuki kampus yang berbeda. Tugas yang banyak membuat mereka sibuk hingga tak pernah ada waktu untuk berkumpul kembali. Bahkan untuk sekedar menghubungi satu sama lain saja begitu sulit.
            ‘Liburan semester nanti harus bisa jalan bareng ya!’ Tulis Anisa disebuah grup whatsapp yang sudah mereka buat sejak SMA dan terbengkalai semenjak prom night berakhir. Dan karena pesan yang dikirim Anisa tersebut, obrolan mereka mulai mengalir dengan santai kembali. Candaan kini sudah mulai menghampiri. Namun, tetap saja entah apa sebabnya obrolan mereka terlihat begitu berbeda.
            “Anna!” Seru seorang gadis dari kejauhan. Mungkin karena terlalu jauh Anna tak dapat melihat dengan jelas wajah itu. Seorang gadis dengan rambut panjang dan dress biru pendek juga tas orange yang tergantung indah dipundaknya.
            “Alifia?” Ujar Anna pelan karena tidak yakin dengan dugaan nya bahwa gadis itu adalah Alifia.
            “Hei! Ini gue!” Seru gadis itu lagi mendekat sambil sedikit berlari.
            “ALIFIA!” Teriak Anna karena kini ia sudah dapat melihat wajah gadis itu dengan jelas. Mereka sama-sama berlari menghampiri lalu memeluk satu sama lain.
            “Yaampun gue kangen banget!”
            “Gue juga! Lo dari tadi gue panggil ngga ngeh ih!”
            “Yee lu kan tau mata gue rada minus.” Ucap Anna sambil melepas pelukan hangat Aliifa.
            “Makanya tuh kacamata dipake, jan dibawa mulu!”
            “Iya deh iyaa. Hm, jadi gimana?”
            “Ya gini deh, lo bisa lihat lah ya.” Jawab Alifia. Mereka akhirnya duduk disebuah bangku taman sore itu. Mereka mulai saling bercerita tentang pengalaman baru dikampus yang mereka tempati.
            “Ini foto nya. Nama nya Andre. Dia tinggi banget, wajahnya juga lumayan sih.” Ujar Alifia memperlihatkan sebuah foto di handphone nya. Ia baru saja menceritakan soal orangtua nya yang memperkenalkan ia dengan anak teman SMA orangtua Alifia dulu. Di foto itu terlihat seorang lelaki tinggi dengan rambut hitamnya sedang memegang seekor kucing abu-abu milik Alifia.
            “Jadi, ceritanya lo dijodohin? Ah, gue ngga setuju. Mending sama si Alfa aja!”
            “Enggak, nggak tau maksudnya. Lagian gue juga nggak suka, ih. Mama gue ngebebasin gue buat milih cowok kok. Gue juga nggak mungkin lepas Alfa gitu aja. Lo kan tau gue udah punya perasaan sama dia sejak SD.” Jelas Alifia.
            “Iya juga sih.” Ujar Anna mengangguk karena ia tau, seberapapun Alifia dipaksa ia akan tetap memilih satu hati, Alfa.
            “Terus gimana hubungan lo sama Alfa sekarang? Udah baikan? Trus Alfa sama Sinta gimana?”
            “Udah baikan sih. Alfa ngirimin gue pesan WA gitu trus jelasin tentang hubungan nya sama Sinta. Katanya Sinta itu saudara nya, anak dari adik ibunya.”
            “Ini, lo baca aja chattingan gue sama dia. Kesan nya kek gimana gitu.” Lanjut Alifia lagi-lagi mempelihatkan sesuatu di handphone nya pada Anna.
            “Kok kayak orang PDKT ya? Oh iya! Dia kan emang punya perasaan sama lo dari dulu. Wah, udah mulai terbuka nih si Alfa, Kenapa lo nggak jujur aja kalo lo juga punya perasaan sama dia?” Seru Anna menyadari sesuatu.Mungkin karena kesibukannya ia sampai melupakan tentang cinta Alfa dan Alifia yang ternyata saling terbalaskan.
            “Ya kali, An. Kalo nyatain perasaan segampang lo balikin tangan sih udah gue nyatain dari dulu. Toh, gue cewek. Mana mungkin gue yang duluan nyatain cinta.” Ujar Alifia.
            “Bener juga sih. Lagian si Alfa kagak peka-peka ih sama lo. Sebel gue jadinya.”
            “Kan lu yang bilang sendiri, akan ada waktu dimana semua yang kita rasakan terungkap dengan atau tanpa sendirinya.”
            “Ah, bener juga sih.”
            Hari mulai beranjak malam, membuat semua sinar asri bumi hilang dan tergantikan dengan sinar dari bola-bola bulat beraliran listrik disetiap rumah. Anna telah berada dirumah setelah beberapa jam lalu berjumpa dengan Alifia disebuah taman dekat kampusnya. Ia bahagia karena dapat bertemu lagi setelah sekian minggu dan bulan ia jalani bersama teman-teman baru nya yang memiliki sifat sangat berbeda dengan sahabatnya itu.
            Satu bulan berlalu. Setelah beberapa minggu lalu Anna dan Alifia bertemu, mereka langsung memutuskan untuk pergi kerumah Anisa di keesokan harinya. Berkat kunjungan itu, muncul rencana untuk berkumpul berlima yang dijadwalkan pada pagi ini.
            Ditaman tempat mereka berkumpul kini tengah berdiri seorang Anna, Anisa dan Alifia dipinggiran danau. Mereka bertiga menunggu kedatangan Alfa dan Afnan.
            “Hai! Maaf ya telat!” Seru Alfa menghampiri. Ia terlihat lelah karena baru saja berrlari demi tak mendapat ocehan dari Anna, Anisa dan Alifia karena ia telat setengah jam.
            “Huh, dasar! Capek tau nunggu, Afnan mana?” Sewot Anisa.
            “Masih dibelakang noh. Tadi gue tinggalin waktu diparkiran.”
            Setelah beberapa saat akhirnya Afnan datang dan membawakan mereka minuman dan makanan ringan. Mereka menggelar kain tipis dipinggiran danau dan duduk diujungnya. Bahagia, itulah yang dirasa. Sekian lama tidak bertemu dan bercanda akhirnya dapat melakukan nya lagi walau hanya dalam waktu singkat.
            “Alifia ganti yang cerita, gih! Daritadi kita mulu deh yang ngobrol.” Ujar Afnan, karena dari tadi entah Alifia atau Alfa hanya diam tak berbicara. Namun, Alfa masih bisa tertawa dan menanggapi candaan yang lain, tidak dengan Alifia yang hanya diam dan terseyum simpul menanggapi Anna, Anisa dan Afnan.
            “Hm? Cerita apa? Gue nggak punya hal menarik yang bisa diceritain.”
            “Mungkin cerita tentang Andr—“
            “Sst, cuma lo yang tau, yang lain jan sampe ikutan tau deh!” Bisik Alifia pada Anna yang baru saja ingin mengatakan nama Andre didepan mereka.
            “Bisik-bisik apa hayo!” Seru Anisa dan Afnan bersama.
            “Nggak kok. Udah jam segini nih. Kalian nggak pada dicariin bokap nyokap apa?” Ujar Alifia mencari bahasan lain.
            “Iya juga, ih. Udah jam segini, pulang aja yuk!” Timpal Alfa menambah karena mungkin ia juga mulai risih dengan keadaan.
            “Yailah guys, baru juga beberapa jam kita kumpul masa sekarang pada mau pulang? Jarang-jarang lo bisa kumpul kayak gini. Sekarang udah susah ngatur jadwal bareng lagi.” Seru Anisa yang mendapat anggukan dari Anna dan Afnan.
            “Kan bentar lagi liburan semester. Kita bisa jalan bareng kan, lebih lama lagi!” Seru Alifia. Beberapa detik selanjutnya mereka setuju untuk pulang dan berkumpul lagi diliburan semester minggu depan.

BERSAMBUNG
Terimakasih yang udah baca^^

Rabu, 04 Januari 2017

(CERBUNG) Story About A, part 4

Story About A, Part 4

            “Emh, Rachma, lu udah punya cowok?” Tanya Anisa berbasa-basi karena melihat Afnan yang tengah bersiap untuk mengungkapkan sesuatu pada nya.
             “Belum sih, gue belum punya cowok.” Jawab Rachma sambil sibuk mengutak-atik ponsel nya.
            “Beneran?” Tanya Afnan mempertegas. Dalam hati nya ia sangat bahagia. Tangan nya yang ia sembunyikan di belakang punggung kini pelan-pelan ia keluarkan sambil memegang setangkai bunga mawar berwarna pink.
            “Sebenernya, gue—“ Lanjut Afnan terhenti meneguhkan hati nya. Bersiap untuk mengatakan sesuatu.
            “Kalau boleh jujur, gue.. gue—“
            “Eh, tapi gue udah punya gebetan sih.” Potong Rachma sebelum Afnan mengungkapkan cinta nya.
            “HA?” Teriak mereka berlima membuat Rachma terkejut.
            “Ee, i.. iya. Gue udah punya gebetan. Ini foto nya.” Ujar Rachma masih dengan perasaan terkejut. Rachma menunjukkan sebuah foto pada ponselnya. Sesosok pria disana tengah berdiri membawa benda bulat berwarna orange bergaris kuning ditengah lapangan basket.
            “KAI?” Seru Alifia, Anna dan Anisa yang mengenal pria itu.
            “Iya, Kai. Cowok hits itu, anak MIA 1. Dia temen les privat gue. Gue suka sama dia semenjak kelas 2 sih. Tapi baru kenal deket 2 minggu yang lalu. Ternyata di balik kepopulerannya dia baik ya. Ganteng lagi, trus juga keren. Ah, gue makin suka deh!” Seru Rachma bercerita panjang lebar tanpa mengetahui hati Afnan yang kini mulai rapuh karena nya.
            Setelah mengatakan itu, Rachma pergi karena dijemput oleh teman-teman nya. Afnan yang tadi sangat bersemangat dan yakin akan dirinya, kini terduduk lemas memeluk pohon disebelahnya. Bukan malah menyemangati, Alfa dan lainnya malah menertawakan nya. Afnan yang selalu percaya diri kini lagi-lagi hanya mendapat pahitnya cinta. Sungguh lelaki yang malang.
            “Udah, ah. Gue nggak mau cinta-cintaan lagi. Dasar cewek, nggak pernah ngerti perasaan cowok!” Gerutu Afnan masih memeluk pohon.
            “Kita juga cewek!” Timpal Anna, Anisa dan Alifia berteriak bersama.
            “Haha, udah-udah. Balik yok, udah malam nih!” Seru Alfa melerai sebelum para gadis itu mencakar-cakar wajah Afnan.
            Satu minggu berlalu. 3 hari lagi, ujian nasional akan dilaksanakan. Tegang dan khawatir dirasakan oleh semua siswa yang akan melaksanakan nya. Les privat tak henti-henti nya memberi mereka tugas begitu banyak agar mereka semua siap saat menjalani ujian.
            Ujian telah tiba. Ujian nasional beberapa hari berjalan dengan lancar. Mereka para siswa dan terkhusus mereka berlima tentu sangat penasaran dengan hasilnya. Mungkin tinggal menunggu waktu mereka akan tau hasil yang didapat atas usaha dan perjuangan mereka bersama.
            “Anna! Selamat ya, udah selesai ujian. Ciee habis ini kuliah” Seru seorang pria pada sebuah acara prom night untuk pelepasan siswa kelas 3 yang tengah menyelesaikan ujian-ujian nya.
            “Ha? Eh, iya. Makasih, kak!” Ujar Anna terkejut karena tiba-tiba Reza datang dan memberinya sebuket mawar merah.
            “Jadi gimana, susah ujian nya? Hasilnya?”
            “Ya gitu deh kak, susah-susah gampang. Hasilnya belum ada. Mungkin satu mingguan lagi hasilnya bakal keluar”
            “Oh. Semoga lulus dengan nilai memuaskan ya!”
            “Terimakasih, kak” Ucap Anna. Tanpa ia sadari di kejauhan sana seorang pria lain sedang memperhatikan nya sambil membawa sebuah gelang dan mawar putih kesukaan Anna. Awalnya ia akan memberikan nya. Namun, Reza datang dan membuat rencana nya gagal. Rencana untuk menyampaikan isi hati nya yang sebenarnya.
            Acara prom night sangat meriah. Seluruh siswa-siswi berbahagia bersama. Beberapa band sekolah dari para alumni datang ikut meramaikan. Suara teriakan dan tangisan bahagia tak henti-hentinya keluar dari bibir mereka. Sebuah prom yang menarik untuk dikenang.
            Sementara diatas panggung utama kini berdiri seorang Alfa, Anna dan Anisa. Sebuah band dadakan yang baru mereka bentuk beberapa jam yang lalu. Anna gemar memainkan piano, sedang Anisa senang memainkan gitar. Dan Alfa, sebagai seorang pria dengan suara menawan nya kini menjadi satu-satu nya vokalis band diacara prom night yang menjadi pusat perhatian para siswa terkhusus siswa perempuan.
            “Selamat malam semua.” Ujar Alfa.
            “Sebelum gue mempersembahkan sebuah lagu, gue mau ngucapin selamat untuk kita semua. Selamat karena telah menyelesaikan ujian. Semoga semua hasil yang kita dapat selama ini dapat menuntun kita menuju jalan kesuksesan bersama. Terimakasih, selamat dan sampai jumpa di kesuksesan masing-masing.” Lanjut Alfa membuat semua yang ada ditempat bersorak sambil menepuk tangan. Setelah mengucap demikian, kini Alfa mulai menunjukkan bakat nya dalam menyanyi. Suara Alfa malam itu benar-benar sangat menawan, ditambah dengan gitar dan piano yang dimainkan Anisa juga Anna.
            Terlihat disalah satu ujung sana duduk Alifia dan Afnan disatu meja bundar. Afnan seperti biasa sibuk dengan ponsel nya. Sedang Alifia memperhatikan Anna, Alfa dan Anisa yang sedang menampilkan band sederhana mereka bernyanyi. Namun, pandangan Alifia kini terlihat sedikit berbeda saat melihat Alfa, membuat bingung Anna dan Anisa.
            “Anna, Anisa! Alifia kenapa? Dari tadi dia kagak ngajakin gue ngobrol ya?” Bisik Alfa saat band mereka selesai menampilkan satu lagu.
            “Kagak tau lah gue.”
            “Lu lakuin kesalahan kali.”
            “Kesalahan apaan? Perasaan gue beberapa hari ini kagak ngapa-ngapain deh! Kalian para cewek masa kagak tau.” Jelas Alfa.
            “Kagak tau lah. Lu pikir kita dukun! Lu tanyain aja sana.”
            “Tadi udah gue whatsapp, tapi di baca doang kagak dibales.” Ujar Alfa.
            “Ya tanya langsung dong, masa lewat whatsapp!”
            Acara prom night berakhir pukul satu pagi. Setelah itu, semua pulang kerumah masing-masing. Namun, tidak untuk mereka berlima. Mereka berniat untuk bermalam dan berlibur ke puncak. Sebelum nya mereka sudah meminta izin dan mendapat izin itu dari masing-masing orang tua. Mereka akan menginap di villa milik keluarga Alifia.
            “Jadi, kalian berencana kuliah dimana? Gue masih bingung, nih.”  Tanya Anna ditengah ramai nya jalanan kota menuju bogor malam itu.
            “Gue juga masih bingung sih. Lu kuliah dimana, Alifia?” Tanya Alfa pula saat menyetir mobil yang berhenti akibat macet nya jalanan. 
            “Nggak tau.” Jawab Alifia singkat sambil memalingkan wajahnya ke kaca. Alfa menengok pada Anisa dan Anna, memberi isyarat akan kebingungan nya terhadap sikap Alifia malam itu. Namun, Anna dan Anisa hanya bisa menggelengkan kepala karena mereka pun tidak tau apa yang terjadi pada Alifia.
            ‘Lif, lu kenapa?’ Tulis Anna pada sebuah messenger yang ia kirim kepada Alifia.
            ‘Lagi bete’ aja. Gue ilfil sama Alfa’ Balas Alifia jujur pada Anna
            ‘Ilfil kenapa?’
            ‘Nanti aja gue cerita kalo udah di villa’ Tulis Alifia, diperlihatkan Anna kepada Anisa yang juga tak mengerti apa-apa.
            Tiga jam berlalu, akhirnya mereka sampai pada sebuah villa besar diantara villa besar lainnya. Disana tengah berdiri seorang satpam dan orang tua Alifia. Orang tua Alifia menyambut mereka berlima dan mengucap selamat untuk kelulusannya.
            Mereka dipersilahkan masuk. Para gadis memilih kamar dilantai dua, kamar yang biasa digunakan Alifia saat berlibur di villa ini. Sedang Alfa dan Afnan dilantai dasar dekat kamar adik Alifia.
            Setelah beristirahat sejenak mereka makan bersama dengan keluarga Alifia yang lain. Mereka mengobrol, sangat akrab. Hingga tak terasa makanan dipiring pun telah habis. Orang tua dan Adik Alifia kembali ke kamar masing-masing, sedang mereka berkumpul disofa depan televisi.
            Mereka mengobrol tentang kelulusan mereka malam itu. Anna dan Anisa yang memang biasa membuat ramai kini tertawa terbahak-bahak mendengar curhatan dan cerita lucu dari Afnan setelah penolakan yang dilakukan Rachma pada nya beberapa minggu yang lalu. Alifia ikut mendengarkan dan sesekali ikut tertawa. Sedangkan Alfa malah sibuk sendiri dengan ponsel nya.
            Alifia melirik Alfa yang sesekali tersenyum pada ponsel nya. Alfa yang merasa diperhatikan menengok sejenak pada Alifia dan tersenyum singkat, lalu mendengar cerita Afnan, Anna dan Anisa.
            “Hih, gue sebel!” Jerit pelan Alifia saat mereka bertiga-Anna, Alifia, Anisa- tengah berada di kamar.
            “Kenapa sih, Lif? Lu dari tadi manyun melulu.” Ujar Anisa yang baru saja keluar dari kamar mandi.
            “Ada masalah sama Alfa? Alfa dari tadi nanyain soal lu yang tiba-tiba cuekin dia.” Ujar Anna menambahkan.
            “Bukan masalah, tapi gimana ya? Ah, susah jelasin nya!” Seru Alifia.
            “Haduh, udah deh cerita aja langsung dari awal sampai akhir.”
            “Jadi gini, lu berdua tau kan soal Alfa yang jalan berdua sama cewek. Lah cewek itu nama nya Sinta, saudara nya temen sekelas gue. Kemarin sebelum prom night gue udah dibilangin soal mereka berdua yang ternyata nggak cuma jalan aja, tapi gandengan tangan juga. Tapi gue nggak percaya, soalnya ngga mungkin kalo Alfa kayak gitu.” Jelas Alifia.
            “Terus? Lo ilfil gara-gara omongan teman lo?” Tanya Anisa.
            “Gue ilfil bukan karena itu aja. Tadi waktu kalian bertiga perform dipanggung, handphone Alfa ketinggalan dimeja. Terus handphone nya bunyi karena ada panggilan masuk gitu. Pas gue lihat ada nama Sinta disitu, tapi nggak gue angkat sih. Pas udah mati telfon nya dia kirim pesan pake kata-kata sayang gitu. Ih, mereka kayaknya udah jadian deh!” Lanjut Alifia bercerita.
            “Masa sih? Nggak mungkin deh, Lif. Setahu gue, dia cuma suka sama lo.” Seru Anna yang berada di depan cermin membenahkan rambut  nya yang sedikit acak-acakan.
            “Nggak mungkin, Anna. Buktinya sekarang ada Sinta ”
            “Tapi selama ini kan dia udah berusaha jujur sama lo. Cuma lo aja yang nggak ngerespon. Kalo lo juga suka sama dia, kenapa harus sembunyiin perasaan sih?” Ujar Anna mulai kesal karena Alifia selalu bersikap baik-baik saja meski hati nya terkadang terluka.
            “Terus lo sendiri gimana? Lo juga nggak pernah jujur sama perasaan lo. Lo suka sama Afnan kan, Anna? Lo juga selama ini terluka karena dia kan?” Balas Alifia karena Anna pun juga sedikit memiliki sifat seperti nya.
            “Gue nggak pernah terluka. Prinsip gue selalu sama kayak lo, asal dia bahagia, gue juga ikut bahagia. Dan Afnan juga nggak suka sama gue, Alifia! Nggak kayak lo sama Alfa. Harus nya lo bersyukur dong! Lo nggak boleh negative thinking sama dia!” Seru Anna tak mau kalah.
            “Tapi, Anna! Harusnya lo nggak perlu kayak gitu, seenggaknya—“
            “Terus gue harus gimana? Lo sendiri juga—“
            “Anna! Alifia! Lo berdua ngapain sih? Plis deh, jan cuma karena cowok kalian jadi debat serius kek gini! Emang seharusnya itu nggak ada nama nya cinta diantara kita berlima! Kita itu sahabat, dan selama nya akan menjadi sahabat! Nggak lebih dan nggak kurang. Kalo emang udah takdir cinta, pasti nggak bakal serumit ini!” Bentak Anisa yang sudah tak kuat dengan seruan Alifia dan Anna yang terus saja berdebat soal cinta dan perasaan.
            “Kalo emang Alfa suka sama lo, dia pasti bakal perjuangin lo dan nggak jalan sama cewek lain, Alifia! Dan lo Anna, kalo perasaan lo selama ini tersiksa, yaudah lepas Afnan. Coba sedikit demi sedikit lupain cinta lo sama dia. Lo tau Afnan orangnya kek gimana. Lo harus bisa—“
            CEKLEK!
            “Ada apa ini teriak-teriak?” 

BERSAMBUNG
Jan lupa follow musyafaahdewi (IG) dan MikiMizu_ (Twitter), oke?
Terimakasih yang udah baca, tunggu kelanjutan nya ya!^^