Rabu, 04 Januari 2017

(CERBUNG) Story About A, part 4

Story About A, Part 4

            “Emh, Rachma, lu udah punya cowok?” Tanya Anisa berbasa-basi karena melihat Afnan yang tengah bersiap untuk mengungkapkan sesuatu pada nya.
             “Belum sih, gue belum punya cowok.” Jawab Rachma sambil sibuk mengutak-atik ponsel nya.
            “Beneran?” Tanya Afnan mempertegas. Dalam hati nya ia sangat bahagia. Tangan nya yang ia sembunyikan di belakang punggung kini pelan-pelan ia keluarkan sambil memegang setangkai bunga mawar berwarna pink.
            “Sebenernya, gue—“ Lanjut Afnan terhenti meneguhkan hati nya. Bersiap untuk mengatakan sesuatu.
            “Kalau boleh jujur, gue.. gue—“
            “Eh, tapi gue udah punya gebetan sih.” Potong Rachma sebelum Afnan mengungkapkan cinta nya.
            “HA?” Teriak mereka berlima membuat Rachma terkejut.
            “Ee, i.. iya. Gue udah punya gebetan. Ini foto nya.” Ujar Rachma masih dengan perasaan terkejut. Rachma menunjukkan sebuah foto pada ponselnya. Sesosok pria disana tengah berdiri membawa benda bulat berwarna orange bergaris kuning ditengah lapangan basket.
            “KAI?” Seru Alifia, Anna dan Anisa yang mengenal pria itu.
            “Iya, Kai. Cowok hits itu, anak MIA 1. Dia temen les privat gue. Gue suka sama dia semenjak kelas 2 sih. Tapi baru kenal deket 2 minggu yang lalu. Ternyata di balik kepopulerannya dia baik ya. Ganteng lagi, trus juga keren. Ah, gue makin suka deh!” Seru Rachma bercerita panjang lebar tanpa mengetahui hati Afnan yang kini mulai rapuh karena nya.
            Setelah mengatakan itu, Rachma pergi karena dijemput oleh teman-teman nya. Afnan yang tadi sangat bersemangat dan yakin akan dirinya, kini terduduk lemas memeluk pohon disebelahnya. Bukan malah menyemangati, Alfa dan lainnya malah menertawakan nya. Afnan yang selalu percaya diri kini lagi-lagi hanya mendapat pahitnya cinta. Sungguh lelaki yang malang.
            “Udah, ah. Gue nggak mau cinta-cintaan lagi. Dasar cewek, nggak pernah ngerti perasaan cowok!” Gerutu Afnan masih memeluk pohon.
            “Kita juga cewek!” Timpal Anna, Anisa dan Alifia berteriak bersama.
            “Haha, udah-udah. Balik yok, udah malam nih!” Seru Alfa melerai sebelum para gadis itu mencakar-cakar wajah Afnan.
            Satu minggu berlalu. 3 hari lagi, ujian nasional akan dilaksanakan. Tegang dan khawatir dirasakan oleh semua siswa yang akan melaksanakan nya. Les privat tak henti-henti nya memberi mereka tugas begitu banyak agar mereka semua siap saat menjalani ujian.
            Ujian telah tiba. Ujian nasional beberapa hari berjalan dengan lancar. Mereka para siswa dan terkhusus mereka berlima tentu sangat penasaran dengan hasilnya. Mungkin tinggal menunggu waktu mereka akan tau hasil yang didapat atas usaha dan perjuangan mereka bersama.
            “Anna! Selamat ya, udah selesai ujian. Ciee habis ini kuliah” Seru seorang pria pada sebuah acara prom night untuk pelepasan siswa kelas 3 yang tengah menyelesaikan ujian-ujian nya.
            “Ha? Eh, iya. Makasih, kak!” Ujar Anna terkejut karena tiba-tiba Reza datang dan memberinya sebuket mawar merah.
            “Jadi gimana, susah ujian nya? Hasilnya?”
            “Ya gitu deh kak, susah-susah gampang. Hasilnya belum ada. Mungkin satu mingguan lagi hasilnya bakal keluar”
            “Oh. Semoga lulus dengan nilai memuaskan ya!”
            “Terimakasih, kak” Ucap Anna. Tanpa ia sadari di kejauhan sana seorang pria lain sedang memperhatikan nya sambil membawa sebuah gelang dan mawar putih kesukaan Anna. Awalnya ia akan memberikan nya. Namun, Reza datang dan membuat rencana nya gagal. Rencana untuk menyampaikan isi hati nya yang sebenarnya.
            Acara prom night sangat meriah. Seluruh siswa-siswi berbahagia bersama. Beberapa band sekolah dari para alumni datang ikut meramaikan. Suara teriakan dan tangisan bahagia tak henti-hentinya keluar dari bibir mereka. Sebuah prom yang menarik untuk dikenang.
            Sementara diatas panggung utama kini berdiri seorang Alfa, Anna dan Anisa. Sebuah band dadakan yang baru mereka bentuk beberapa jam yang lalu. Anna gemar memainkan piano, sedang Anisa senang memainkan gitar. Dan Alfa, sebagai seorang pria dengan suara menawan nya kini menjadi satu-satu nya vokalis band diacara prom night yang menjadi pusat perhatian para siswa terkhusus siswa perempuan.
            “Selamat malam semua.” Ujar Alfa.
            “Sebelum gue mempersembahkan sebuah lagu, gue mau ngucapin selamat untuk kita semua. Selamat karena telah menyelesaikan ujian. Semoga semua hasil yang kita dapat selama ini dapat menuntun kita menuju jalan kesuksesan bersama. Terimakasih, selamat dan sampai jumpa di kesuksesan masing-masing.” Lanjut Alfa membuat semua yang ada ditempat bersorak sambil menepuk tangan. Setelah mengucap demikian, kini Alfa mulai menunjukkan bakat nya dalam menyanyi. Suara Alfa malam itu benar-benar sangat menawan, ditambah dengan gitar dan piano yang dimainkan Anisa juga Anna.
            Terlihat disalah satu ujung sana duduk Alifia dan Afnan disatu meja bundar. Afnan seperti biasa sibuk dengan ponsel nya. Sedang Alifia memperhatikan Anna, Alfa dan Anisa yang sedang menampilkan band sederhana mereka bernyanyi. Namun, pandangan Alifia kini terlihat sedikit berbeda saat melihat Alfa, membuat bingung Anna dan Anisa.
            “Anna, Anisa! Alifia kenapa? Dari tadi dia kagak ngajakin gue ngobrol ya?” Bisik Alfa saat band mereka selesai menampilkan satu lagu.
            “Kagak tau lah gue.”
            “Lu lakuin kesalahan kali.”
            “Kesalahan apaan? Perasaan gue beberapa hari ini kagak ngapa-ngapain deh! Kalian para cewek masa kagak tau.” Jelas Alfa.
            “Kagak tau lah. Lu pikir kita dukun! Lu tanyain aja sana.”
            “Tadi udah gue whatsapp, tapi di baca doang kagak dibales.” Ujar Alfa.
            “Ya tanya langsung dong, masa lewat whatsapp!”
            Acara prom night berakhir pukul satu pagi. Setelah itu, semua pulang kerumah masing-masing. Namun, tidak untuk mereka berlima. Mereka berniat untuk bermalam dan berlibur ke puncak. Sebelum nya mereka sudah meminta izin dan mendapat izin itu dari masing-masing orang tua. Mereka akan menginap di villa milik keluarga Alifia.
            “Jadi, kalian berencana kuliah dimana? Gue masih bingung, nih.”  Tanya Anna ditengah ramai nya jalanan kota menuju bogor malam itu.
            “Gue juga masih bingung sih. Lu kuliah dimana, Alifia?” Tanya Alfa pula saat menyetir mobil yang berhenti akibat macet nya jalanan. 
            “Nggak tau.” Jawab Alifia singkat sambil memalingkan wajahnya ke kaca. Alfa menengok pada Anisa dan Anna, memberi isyarat akan kebingungan nya terhadap sikap Alifia malam itu. Namun, Anna dan Anisa hanya bisa menggelengkan kepala karena mereka pun tidak tau apa yang terjadi pada Alifia.
            ‘Lif, lu kenapa?’ Tulis Anna pada sebuah messenger yang ia kirim kepada Alifia.
            ‘Lagi bete’ aja. Gue ilfil sama Alfa’ Balas Alifia jujur pada Anna
            ‘Ilfil kenapa?’
            ‘Nanti aja gue cerita kalo udah di villa’ Tulis Alifia, diperlihatkan Anna kepada Anisa yang juga tak mengerti apa-apa.
            Tiga jam berlalu, akhirnya mereka sampai pada sebuah villa besar diantara villa besar lainnya. Disana tengah berdiri seorang satpam dan orang tua Alifia. Orang tua Alifia menyambut mereka berlima dan mengucap selamat untuk kelulusannya.
            Mereka dipersilahkan masuk. Para gadis memilih kamar dilantai dua, kamar yang biasa digunakan Alifia saat berlibur di villa ini. Sedang Alfa dan Afnan dilantai dasar dekat kamar adik Alifia.
            Setelah beristirahat sejenak mereka makan bersama dengan keluarga Alifia yang lain. Mereka mengobrol, sangat akrab. Hingga tak terasa makanan dipiring pun telah habis. Orang tua dan Adik Alifia kembali ke kamar masing-masing, sedang mereka berkumpul disofa depan televisi.
            Mereka mengobrol tentang kelulusan mereka malam itu. Anna dan Anisa yang memang biasa membuat ramai kini tertawa terbahak-bahak mendengar curhatan dan cerita lucu dari Afnan setelah penolakan yang dilakukan Rachma pada nya beberapa minggu yang lalu. Alifia ikut mendengarkan dan sesekali ikut tertawa. Sedangkan Alfa malah sibuk sendiri dengan ponsel nya.
            Alifia melirik Alfa yang sesekali tersenyum pada ponsel nya. Alfa yang merasa diperhatikan menengok sejenak pada Alifia dan tersenyum singkat, lalu mendengar cerita Afnan, Anna dan Anisa.
            “Hih, gue sebel!” Jerit pelan Alifia saat mereka bertiga-Anna, Alifia, Anisa- tengah berada di kamar.
            “Kenapa sih, Lif? Lu dari tadi manyun melulu.” Ujar Anisa yang baru saja keluar dari kamar mandi.
            “Ada masalah sama Alfa? Alfa dari tadi nanyain soal lu yang tiba-tiba cuekin dia.” Ujar Anna menambahkan.
            “Bukan masalah, tapi gimana ya? Ah, susah jelasin nya!” Seru Alifia.
            “Haduh, udah deh cerita aja langsung dari awal sampai akhir.”
            “Jadi gini, lu berdua tau kan soal Alfa yang jalan berdua sama cewek. Lah cewek itu nama nya Sinta, saudara nya temen sekelas gue. Kemarin sebelum prom night gue udah dibilangin soal mereka berdua yang ternyata nggak cuma jalan aja, tapi gandengan tangan juga. Tapi gue nggak percaya, soalnya ngga mungkin kalo Alfa kayak gitu.” Jelas Alifia.
            “Terus? Lo ilfil gara-gara omongan teman lo?” Tanya Anisa.
            “Gue ilfil bukan karena itu aja. Tadi waktu kalian bertiga perform dipanggung, handphone Alfa ketinggalan dimeja. Terus handphone nya bunyi karena ada panggilan masuk gitu. Pas gue lihat ada nama Sinta disitu, tapi nggak gue angkat sih. Pas udah mati telfon nya dia kirim pesan pake kata-kata sayang gitu. Ih, mereka kayaknya udah jadian deh!” Lanjut Alifia bercerita.
            “Masa sih? Nggak mungkin deh, Lif. Setahu gue, dia cuma suka sama lo.” Seru Anna yang berada di depan cermin membenahkan rambut  nya yang sedikit acak-acakan.
            “Nggak mungkin, Anna. Buktinya sekarang ada Sinta ”
            “Tapi selama ini kan dia udah berusaha jujur sama lo. Cuma lo aja yang nggak ngerespon. Kalo lo juga suka sama dia, kenapa harus sembunyiin perasaan sih?” Ujar Anna mulai kesal karena Alifia selalu bersikap baik-baik saja meski hati nya terkadang terluka.
            “Terus lo sendiri gimana? Lo juga nggak pernah jujur sama perasaan lo. Lo suka sama Afnan kan, Anna? Lo juga selama ini terluka karena dia kan?” Balas Alifia karena Anna pun juga sedikit memiliki sifat seperti nya.
            “Gue nggak pernah terluka. Prinsip gue selalu sama kayak lo, asal dia bahagia, gue juga ikut bahagia. Dan Afnan juga nggak suka sama gue, Alifia! Nggak kayak lo sama Alfa. Harus nya lo bersyukur dong! Lo nggak boleh negative thinking sama dia!” Seru Anna tak mau kalah.
            “Tapi, Anna! Harusnya lo nggak perlu kayak gitu, seenggaknya—“
            “Terus gue harus gimana? Lo sendiri juga—“
            “Anna! Alifia! Lo berdua ngapain sih? Plis deh, jan cuma karena cowok kalian jadi debat serius kek gini! Emang seharusnya itu nggak ada nama nya cinta diantara kita berlima! Kita itu sahabat, dan selama nya akan menjadi sahabat! Nggak lebih dan nggak kurang. Kalo emang udah takdir cinta, pasti nggak bakal serumit ini!” Bentak Anisa yang sudah tak kuat dengan seruan Alifia dan Anna yang terus saja berdebat soal cinta dan perasaan.
            “Kalo emang Alfa suka sama lo, dia pasti bakal perjuangin lo dan nggak jalan sama cewek lain, Alifia! Dan lo Anna, kalo perasaan lo selama ini tersiksa, yaudah lepas Afnan. Coba sedikit demi sedikit lupain cinta lo sama dia. Lo tau Afnan orangnya kek gimana. Lo harus bisa—“
            CEKLEK!
            “Ada apa ini teriak-teriak?” 

BERSAMBUNG
Jan lupa follow musyafaahdewi (IG) dan MikiMizu_ (Twitter), oke?
Terimakasih yang udah baca, tunggu kelanjutan nya ya!^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar