Story About A, Part 4
“Emh,
Rachma, lu udah punya cowok?” Tanya Anisa berbasa-basi karena melihat Afnan
yang tengah bersiap untuk mengungkapkan sesuatu pada nya.
“Belum
sih, gue belum punya cowok.” Jawab Rachma sambil sibuk mengutak-atik ponsel nya.
“Beneran?”
Tanya Afnan mempertegas. Dalam hati nya ia sangat bahagia. Tangan nya yang ia
sembunyikan di belakang punggung kini pelan-pelan ia keluarkan sambil memegang
setangkai bunga mawar berwarna pink.
“Sebenernya, gue—“ Lanjut Afnan
terhenti meneguhkan hati nya. Bersiap untuk mengatakan sesuatu.
“Kalau boleh jujur, gue.. gue—“
“Eh, tapi gue udah punya gebetan
sih.” Potong Rachma sebelum Afnan mengungkapkan cinta nya.
“HA?” Teriak mereka berlima membuat
Rachma terkejut.
“Ee, i.. iya. Gue udah punya
gebetan. Ini foto nya.” Ujar Rachma masih dengan perasaan terkejut. Rachma
menunjukkan sebuah foto pada ponselnya. Sesosok pria disana tengah berdiri
membawa benda bulat berwarna orange bergaris kuning ditengah lapangan basket.
“KAI?” Seru Alifia, Anna dan Anisa
yang mengenal pria itu.
“Iya, Kai. Cowok hits itu, anak MIA
1. Dia temen les privat gue. Gue suka sama dia semenjak kelas 2 sih. Tapi baru
kenal deket 2 minggu yang lalu. Ternyata di balik kepopulerannya dia baik ya.
Ganteng lagi, trus juga keren. Ah, gue makin suka deh!” Seru Rachma bercerita
panjang lebar tanpa mengetahui hati Afnan yang kini mulai rapuh karena nya.
Setelah mengatakan itu, Rachma pergi
karena dijemput oleh teman-teman nya. Afnan yang tadi sangat bersemangat dan
yakin akan dirinya, kini terduduk lemas memeluk pohon disebelahnya. Bukan malah
menyemangati, Alfa dan lainnya malah menertawakan nya. Afnan yang selalu percaya
diri kini lagi-lagi hanya mendapat pahitnya cinta. Sungguh lelaki yang malang.
“Udah, ah. Gue nggak mau
cinta-cintaan lagi. Dasar cewek, nggak pernah ngerti perasaan cowok!” Gerutu
Afnan masih memeluk pohon.
“Kita juga cewek!” Timpal Anna,
Anisa dan Alifia berteriak bersama.
“Haha, udah-udah. Balik yok, udah
malam nih!” Seru Alfa melerai sebelum para gadis itu mencakar-cakar wajah
Afnan.
Satu minggu berlalu. 3 hari lagi,
ujian nasional akan dilaksanakan. Tegang dan khawatir dirasakan oleh semua
siswa yang akan melaksanakan nya. Les privat tak henti-henti nya memberi mereka
tugas begitu banyak agar mereka semua siap saat menjalani ujian.
Ujian telah tiba. Ujian nasional
beberapa hari berjalan dengan lancar. Mereka para siswa dan terkhusus mereka
berlima tentu sangat penasaran dengan hasilnya. Mungkin tinggal menunggu waktu
mereka akan tau hasil yang didapat atas usaha dan perjuangan mereka bersama.
“Anna! Selamat ya, udah selesai
ujian. Ciee habis ini kuliah” Seru seorang pria pada sebuah acara prom night
untuk pelepasan siswa kelas 3 yang tengah menyelesaikan ujian-ujian nya.
“Ha? Eh, iya. Makasih, kak!” Ujar
Anna terkejut karena tiba-tiba Reza datang dan memberinya sebuket mawar merah.
“Jadi gimana, susah ujian nya?
Hasilnya?”
“Ya gitu deh kak, susah-susah
gampang. Hasilnya belum ada. Mungkin satu mingguan lagi hasilnya bakal keluar”
“Oh. Semoga lulus dengan nilai
memuaskan ya!”
“Terimakasih, kak” Ucap Anna. Tanpa
ia sadari di kejauhan sana seorang pria lain sedang memperhatikan nya sambil
membawa sebuah gelang dan mawar putih kesukaan Anna. Awalnya ia akan memberikan
nya. Namun, Reza datang dan membuat rencana nya gagal. Rencana untuk
menyampaikan isi hati nya yang sebenarnya.
Acara prom night sangat meriah.
Seluruh siswa-siswi berbahagia bersama. Beberapa band sekolah dari para alumni
datang ikut meramaikan. Suara teriakan dan tangisan bahagia tak henti-hentinya
keluar dari bibir mereka. Sebuah prom yang menarik untuk dikenang.
Sementara diatas panggung utama kini
berdiri seorang Alfa, Anna dan Anisa. Sebuah band dadakan yang baru mereka
bentuk beberapa jam yang lalu. Anna gemar memainkan piano, sedang Anisa senang
memainkan gitar. Dan Alfa, sebagai seorang pria dengan suara menawan nya kini
menjadi satu-satu nya vokalis band diacara prom night yang menjadi pusat
perhatian para siswa terkhusus siswa perempuan.
“Selamat malam semua.” Ujar Alfa.
“Sebelum gue mempersembahkan sebuah
lagu, gue mau ngucapin selamat untuk kita semua. Selamat karena telah
menyelesaikan ujian. Semoga semua hasil yang kita dapat selama ini dapat
menuntun kita menuju jalan kesuksesan bersama. Terimakasih, selamat dan sampai
jumpa di kesuksesan masing-masing.” Lanjut Alfa membuat semua yang ada ditempat
bersorak sambil menepuk tangan. Setelah mengucap demikian, kini Alfa mulai
menunjukkan bakat nya dalam menyanyi. Suara Alfa malam itu benar-benar sangat
menawan, ditambah dengan gitar dan piano yang dimainkan Anisa juga Anna.
Terlihat disalah satu ujung sana
duduk Alifia dan Afnan disatu meja bundar. Afnan seperti biasa sibuk dengan
ponsel nya. Sedang Alifia memperhatikan Anna, Alfa dan Anisa yang sedang
menampilkan band sederhana mereka bernyanyi. Namun, pandangan Alifia kini
terlihat sedikit berbeda saat melihat Alfa, membuat bingung Anna dan Anisa.
“Anna, Anisa! Alifia kenapa? Dari tadi
dia kagak ngajakin gue ngobrol ya?” Bisik Alfa saat band mereka selesai
menampilkan satu lagu.
“Kagak tau lah gue.”
“Lu lakuin kesalahan kali.”
“Kesalahan apaan? Perasaan gue
beberapa hari ini kagak ngapa-ngapain deh! Kalian para cewek masa kagak tau.”
Jelas Alfa.
“Kagak tau lah. Lu pikir kita dukun!
Lu tanyain aja sana.”
“Tadi udah gue whatsapp, tapi di
baca doang kagak dibales.” Ujar Alfa.
“Ya tanya langsung dong, masa lewat
whatsapp!”
Acara prom night berakhir pukul satu
pagi. Setelah itu, semua pulang kerumah masing-masing. Namun, tidak untuk
mereka berlima. Mereka berniat untuk bermalam dan berlibur ke puncak. Sebelum
nya mereka sudah meminta izin dan mendapat izin itu dari masing-masing orang
tua. Mereka akan menginap di villa milik keluarga Alifia.
“Jadi, kalian berencana kuliah
dimana? Gue masih bingung, nih.” Tanya
Anna ditengah ramai nya jalanan kota menuju bogor malam itu.
“Gue juga masih bingung sih. Lu kuliah dimana, Alifia?” Tanya Alfa
pula saat menyetir mobil yang berhenti akibat macet nya jalanan.
“Nggak tau.” Jawab Alifia singkat
sambil memalingkan wajahnya ke kaca. Alfa menengok pada Anisa
dan Anna, memberi isyarat akan kebingungan nya terhadap sikap Alifia malam itu.
Namun, Anna dan Anisa hanya bisa menggelengkan kepala karena mereka pun tidak
tau apa yang terjadi pada Alifia.
‘Lif,
lu kenapa?’ Tulis Anna pada sebuah messenger yang ia kirim kepada Alifia.
‘Lagi
bete’ aja. Gue ilfil sama Alfa’ Balas Alifia jujur pada Anna
‘Ilfil
kenapa?’
‘Nanti
aja gue cerita kalo udah di villa’ Tulis
Alifia, diperlihatkan Anna kepada Anisa yang juga tak mengerti apa-apa.
Tiga jam berlalu, akhirnya mereka sampai
pada sebuah villa besar diantara villa besar lainnya. Disana tengah berdiri
seorang satpam dan orang tua Alifia. Orang tua Alifia menyambut mereka berlima
dan mengucap selamat untuk kelulusannya.
Mereka dipersilahkan masuk. Para
gadis memilih kamar dilantai dua, kamar yang biasa digunakan Alifia saat
berlibur di villa ini. Sedang Alfa dan Afnan dilantai dasar dekat kamar adik
Alifia.
Setelah beristirahat sejenak mereka
makan bersama dengan keluarga Alifia yang lain. Mereka mengobrol, sangat akrab.
Hingga tak terasa makanan dipiring pun telah habis. Orang tua dan Adik Alifia
kembali ke kamar masing-masing, sedang mereka berkumpul disofa depan televisi.
Mereka mengobrol tentang kelulusan
mereka malam itu. Anna dan Anisa yang memang biasa membuat ramai kini tertawa
terbahak-bahak mendengar curhatan dan cerita lucu dari Afnan setelah penolakan yang
dilakukan Rachma pada nya beberapa minggu yang lalu. Alifia ikut mendengarkan
dan sesekali ikut tertawa. Sedangkan Alfa malah sibuk sendiri dengan ponsel
nya.
Alifia melirik Alfa yang sesekali
tersenyum pada ponsel nya. Alfa yang merasa diperhatikan menengok sejenak pada
Alifia dan tersenyum singkat, lalu mendengar cerita Afnan, Anna dan Anisa.
“Hih, gue sebel!” Jerit pelan Alifia
saat mereka bertiga-Anna, Alifia, Anisa- tengah berada di kamar.
“Kenapa sih, Lif? Lu dari tadi
manyun melulu.” Ujar Anisa yang baru saja keluar dari kamar mandi.
“Ada masalah sama Alfa? Alfa dari
tadi nanyain soal lu yang tiba-tiba cuekin dia.” Ujar Anna menambahkan.
“Bukan masalah, tapi gimana ya? Ah,
susah jelasin nya!” Seru Alifia.
“Haduh, udah deh cerita aja
langsung dari awal sampai akhir.”
“Jadi gini, lu berdua tau kan soal
Alfa yang jalan berdua sama cewek. Lah cewek itu nama nya Sinta, saudara nya
temen sekelas gue. Kemarin sebelum prom night gue udah dibilangin soal mereka
berdua yang ternyata nggak cuma jalan aja, tapi gandengan tangan juga. Tapi gue
nggak percaya, soalnya ngga mungkin kalo Alfa kayak gitu.” Jelas Alifia.
“Terus? Lo ilfil gara-gara omongan
teman lo?” Tanya Anisa.
“Gue ilfil bukan karena itu aja.
Tadi waktu kalian bertiga perform dipanggung, handphone Alfa ketinggalan
dimeja. Terus handphone nya bunyi karena ada panggilan masuk gitu. Pas gue
lihat ada nama Sinta disitu, tapi nggak gue angkat sih. Pas udah mati telfon
nya dia kirim pesan pake kata-kata sayang gitu. Ih, mereka kayaknya udah jadian
deh!” Lanjut Alifia bercerita.
“Masa sih? Nggak mungkin deh, Lif.
Setahu gue, dia cuma suka sama lo.” Seru Anna yang berada di depan cermin
membenahkan rambut nya yang sedikit
acak-acakan.
“Nggak mungkin, Anna. Buktinya
sekarang ada Sinta ”
“Tapi selama ini kan dia udah
berusaha jujur sama lo. Cuma lo aja yang nggak ngerespon. Kalo lo juga suka
sama dia, kenapa harus sembunyiin perasaan sih?” Ujar Anna mulai kesal karena
Alifia selalu bersikap baik-baik saja meski hati nya terkadang terluka.
“Terus lo sendiri gimana? Lo juga
nggak pernah jujur sama perasaan lo. Lo suka sama Afnan kan, Anna? Lo juga
selama ini terluka karena dia kan?” Balas Alifia karena Anna pun juga sedikit
memiliki sifat seperti nya.
“Gue nggak pernah terluka. Prinsip
gue selalu sama kayak lo, asal dia bahagia, gue juga ikut bahagia. Dan Afnan
juga nggak suka sama gue, Alifia! Nggak kayak lo sama Alfa. Harus nya lo
bersyukur dong! Lo nggak boleh negative thinking sama dia!” Seru Anna tak mau
kalah.
“Tapi, Anna! Harusnya lo nggak perlu
kayak gitu, seenggaknya—“
“Terus gue harus gimana? Lo sendiri
juga—“
“Anna! Alifia! Lo berdua ngapain
sih? Plis deh, jan cuma karena cowok kalian jadi debat serius kek gini! Emang
seharusnya itu nggak ada nama nya cinta diantara kita berlima! Kita itu sahabat,
dan selama nya akan menjadi sahabat! Nggak lebih dan nggak kurang. Kalo emang
udah takdir cinta, pasti nggak bakal serumit ini!” Bentak Anisa yang sudah tak
kuat dengan seruan Alifia dan Anna yang terus saja berdebat soal cinta dan
perasaan.
“Kalo emang Alfa suka sama lo, dia
pasti bakal perjuangin lo dan nggak jalan sama cewek lain, Alifia! Dan lo Anna,
kalo perasaan lo selama ini tersiksa, yaudah lepas Afnan. Coba sedikit demi
sedikit lupain cinta lo sama dia. Lo tau Afnan orangnya kek gimana. Lo harus
bisa—“
CEKLEK!
“Ada
apa ini teriak-teriak?”
BERSAMBUNG
Jan lupa follow musyafaahdewi (IG) dan MikiMizu_ (Twitter), oke?
Terimakasih yang udah baca, tunggu kelanjutan nya ya!^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar