Rabu, 28 Desember 2016

(CERBUNG) Story About A, Part 3



 Story About A
Part 3


            2 tahun berlalu.
             Persahabatan yang telah dibangun entah mengapa kini hanya menjadi sebuah sampah yang patut dibuang dan dilupakan. Satu setengah tahun lalu terbentuk sebuah geng dengan anggota Alfa, Alifia, Afnan, Anna dan Anisa –teman sebangku Anna dikelas-. Namun, entah setelah kejadian Afnan menembak Alifia di depan umun, persahabatan itu kini semakin lama semakin dilupakan
            Alfa sengaja menjauhi Alifia demi Afnan. Anna sengaja menjauhi Afnan pula demi Alifia. Semua kini menjadi rumit. Seakan tak kan pernah ada lagi canda dan tawa yang hadir menemani mereka. Hanya hasrat cinta dan pengorbanan yang tak kunjung terungkap kebenaran nya, dan sebuah harapan untuk bersatu yang tak mungkin dapat tercapai dengan mudah.
            Semua berlangsung cukup lama dan tak ada satu kemajuan pun untuk mengembalikan keadaan semula. Jarak kini semakin jauh memisahkan mereka. Hingga sapa pun tak pernah terucap lagi walau hanya satu kata.
            Dddrrrrrtr.. (WhatsApp Mesengger)
            “Malem, An” Sapaan itu, walau hanya berupa tulisan mampu membuat hati Anna kembali mencelos merasakan rasa kecewa yang begitu mendalam padanya.
            “Iya?” Balas Anna singkat
            “Beberapa bulan ini, gue ngerasa ada yang beda sama lo? Kenapa ngga pernah nge-chat gue? Ngga pernah nyapa dan main sama gue lagi!” –Afnan-
            “Beda? Nggak kok, gue biasa aja. Gue masih sama kek Anna yang lo kenal dulu” –Anna-
            “Tapi, gue ngerasa jarak diantara kita semakin lebar. Gue takut nggak akan bisa temenan sama lo lagi. Kalo gue punya salah yang ngga gue sadari, lo ngomong aja. Biar gue bisa memperbaiki diri gue” –Afnan-
            Tulisan terakhir dari Afnan tersebut membuat Anna ingin membanting handphone nya. Ia begitu ingin melepas Afnan untuk Alifia, namun sulit. Karena mungkin hati nya sudah terikat pada Afnan. Anna juga ingin sekali lagi mengulang masa-masa bahagia nya bersama Afnan.
            Malam itu, Anna langsung tertidur tanpa membalas pesan dari Afnan. Ia berharap dapat bangun dengan segar tanpa seorang pun tau bahwa ia baru saja menitikkan berbutir-butir air dari mata nya.
            “Hei, Anna!” Seru Alifia berlari menghampiri Anna. Pagi itu, Anna sedang jogging seorang diri. Ia merasa kekurangan semangat hari itu. 
            “Iya?”
            “Ada yang  mau gue omongin sama lo. Maafin gue ya” Ujar Alifia saat langkah lari mereka telah sejajar.
            “Maaf untuk?”
            “Semua nya. Gue ngerasa persahabatan kita jadi rusak hanya karena gue.”
            “Nggak kok, bukan karena lo.”
            “Tapi, An, gue ngerasa sejak kejadian Afnan nembak gue kita udah jarang bareng lagi. Gue tau mungkin diantara kalian ada yang kecewa akan hal itu.” Langkah mereka terhenti. Anna dan Alifia duduk di kursi taman yang kosong pagi itu.
            “Nggak ih, mungkin emang karena sibuk sama tugas masing-masing, jadi nya kita jarang bareng lagi.” Ujar Anna menutupi segala kekecewaan nya.
            “Sebenernya gue mau jelasin sesuatu sama kalian. Tapi, kita nggak pernah ada waktu buat kumpul.”
            “Jelasin apa?”
            “Sebenernya gue sama Afnan nggak pacaran.”
            “ Nggak pacaran? Tapi waktu itu? Dia nembak lo, trus lo terima kan?” Tanya Anna yang mulai bingung dengan perkataan Alifia.
            “Nggak setelah gue tau lo punya perasaan sama dia. Lo suka sama dia kan, Anna?”
            “Ha? Nggak, gue biasa aja kok sama dia.” Tutup Anna berusaha agar hanya dia seorang yang tau akan perasaan nya pada Afnan.
            “Jujur, An. Gue udah tau semua nya. Gue juga ada alasan lain kenapa gue nolak dia.”
            “Gue, gue sejujurnya.. gue suka sama Alfa.” Lanjut Alifia, membuat Anna berhenti meneguk minuman botol nya.
            “Alfa? Sejak kapan? Gue ngga pernah tau ya?” Tanya Anna karena terkejut dengan pernyataan Alifia.
            “Bukan nya lo tau, An? Gue kayaknya pernah bilang sama lo deh!”
            “Gue nggak inget.”
            “Gue emang udah suka sama Alfa sejak SD. Gue sama Alfa dulu deket dan gue nyaman, tapi gue cuma mengartikan nyaman itu sebagai teman. Dan waktu di SMP, gue baru nyadar kalo yang gue rasain selama ini itu cinta.” Alifia menjelaskan dengan detail apa yang terjadi pada Anna.
            “Okeh kayaknya banyak kesalahfahaman diantara kita. Jadi kesimpulan nya, nggak ada satu pun diantara kita berlima yang punya hubungan special lebih dari sahabat, kan? Ampun! Maaf ya gue udah salah faham sampe harus jauhin lo”
            “Iya, gue juga minta maaf. Janji ya, sekarang nggak cinta-cintaan lagi”
            “Iya. Tapi, kayaknya Alfa juga suka sama lo deh!”
            “Anna! Jangan bikin gue baper deh! Udah ah, jangan ngomongin itu lagi!” Seru Alifia malu-malu kesal pada Anna. Mulai saat itu, persahabatan mereka berlima kembali lagi.
            Kini, bukan masalah cinta yang merisaukan mereka. Namun, ujian tryout dan ujian nasional yang tengah membuat kepala mereka hampir saja pecah. Mereka pun kini selalu belajar bersama di malam minggu. Walau minggu adalah hari bersantai, tapi tetap saja bagi mereka malam minggu lebih baik digunakan untuk belajar, satu hal yang pasti mendasari keinginan mereka adalah, jomblo.
            “Anna, Anisa. Lo berdua ngerasa aneh nggak sih sama Alfa akhir-akhir ini?’ Ujar Alifia. Anna, Anisa dan Alifia sedang menunggu kedatangan Afnan dan Alfa disebuah taman.
            “Aneh apa nya?” Tanya Anna yang masih saja sibuk dengan Handphone nya. Sedang Anisa hanya mendengarkan.
            “Gue kemaren denger ada yang bilang katanya Alfa jalan berdua gitu sama cewek.”
            “Oh, jadi lu cemburu ye? Bilang aja keles.” Timpal Anisa.
            “Nggak, ah. Ngapain gue cemburu, orang bukan siapa-siapa gue.”
            “Jujur aja deh. Kita kan temen, boleh kali tau segalanya.”
            “Gue nggak cemburu, cuma kecewa dikit.”
            “Tuh, kan, sabar ya Alifia sayang. Masih ada kita kok. Peluk sini peluk, uuhhh.”   Mereka bertiga berpelukan ala teletubis, lucu. Namun menenangkan.
            Tak seberapa lama akhirnya Alfa dan Afnan datang. Seperti biasa kedatangan mereka selalu membuat kerusuhan. Tak seperti biasa pula, kerusuhan tak berlangsung lama karena mereka harus belajar untuk menghadapi try out dihari esok. Mereka harus mempersiapkan segala nya agar semua menjadi mudah.
            Hari berganti hari. Semua kini menjadi normal semenjak kejujuan Alifia pada Anna beberapa minggu yang lalu. Mereka berlima pun kini tak ada yang menyinggung tentang hubungan Alifia dan Afnan sebelum nya. Alfa bahagia, begitupun dengan Anna. Dan juga Anisa.
            Try out terakhir sebelum ujian nasional dimulai. Ruang ujian mereka tengah di acak. Hanya Anna dan Anisa yang mendapat satu kelas yang sama. Sedang Alfa, Alifia dan Afnan menempati kelas yang berbeda.
            “Guys, kek nya gue jatuh cinta lagi deh.” Seru Afnan memecah keheningan di taman sekolah setelah try out untuk hari pertama selesai.
            “Ha? Jatuh cinta? Sama siapa?”
            “Rachma, anak MIA 2.”
            “Lah, itu kan temen sekelas gue. Kok lu bisa kenal?” Seru Alifia terkejut, karena bagaimana pun juga Rachma adalah seorang gadis kutu buku yang susah sekali dekat dengan orang yang tidak dikenal nya.
            “Ruang ujian nya sekelas sama gue. Bagi pin nya dong, lo kan temen nya.” Pinta Afnan memohon pada Alifia.
            “Ogah, minta aja lu sendiri.”
            “Temen macam ape lu, dasar!” Seru Afnan sambil menjulurkan lidah nya. Alifia dan yang lain hanya bisa tertawa cekikikan. Afnan memang seorang yang gampang jatuh cinta meski hanya dalam satu kali pandang.
            Try out dalam beberapa hari akhirnya selesai. Namun, mereka berlima –Alfa, Alifia, Afnan, Anna dan Anisa- tak dapat setenang yang lainnya. Karena dengan berakhirnya try out kali ini, ujian nasional semakin dekat. Resah, namun tak seperti Afnan yang kini malah bahagia karena sudah mendapat kontak dari Rachma dan mulai mendekati nya.
            Anna sedikit kecewa -lagi-. Setelah Alifia teman nya sendiri, kini teman Alifia tengah didekati Afnan. Anna sedikit demi sedikit mencoba melupakan perasaan nya. Karena bagaimanapun juga, sebesar apapun pengorbanan dan perhatian yang di berikan Anna, Afnan tak akan pernah berpaling mendekatinya. Anna berfikir, Afnan memang benar-benar hanya menganggapnya sebagai sahabat.
            “Gimana hubungan lo sama temen gue, Rachma?”
            “Emh, yagitu deh. Keknya dia udah mulai suka sama gue. Tinggal sedikit lagi, pasti gue berhasil jadian sama dia.” Seru Afnan, masih sibuk dengan ponsel nya.
            “Yakin lu diterima? Nggak trauma udah di tolak temen sendiri.” Timpal Anisa membuat mereka semua tertawa terbahak tanpa henti, mengingat cinta nya yang ditolak mentah-mentah oleh Alifia beberapa bulan yang lalu.
            “Anna!” Seru Alifia dan Anisa bersama kala tawa mereka mulai mereda.
            “Apa?” Tanya Anna yang masih saja ingin tertawa melihat ekspresi Afnan kala itu. Afnan kesal, namun wajahnya lucu seperti anak kecil yang baru saja terkena cubitan ibu nya.
            “Nggak kok. Haha” Jawab Anisa. Anna sebenarnya tau apa yang dimaksud Anisa dan Alifia saat itu. Namun, ia tak mau terlalu menunjukkan rasa cemburu nya.
            “Nanti sore gue mau ngungkapin perasaan gue. Lu pada temenin ya, ditaman kompleks jam 4. Oke? Gue balik dulu yah, see you!”
            “Ekhem, para ciwi-ciwi kek nya pada nutupin sesuatu nih dari gue. Apa hayo!” Seru Alfa saat Afnan tengah pergi.
            “Apaan dah lu, ikutan aja. Udah sono lu balik juga. Ntar sore telat dibantai Afnan mampus lu!”
            Sore telah tiba. Anna, Alifia dan Anisa, tiga gadis yang dikenal selalu ceria itu pergi ke taman menepati janji nya untuk menemani Afnan yang ingin mengungkapkan perasaan nya pada Rachma. Alfa tengah berada di sana bersama Afnan. Sedang Rachma, belum terlihat sama sekali.
            Mereka menggelar sebuah kain tipis ditengah taman. Makanan dan minuman terletak diantaranya. Semua ini adalah ide dari Alfa untuk membantu Afnan mencari Alasan saat mengajak Rachma keluar. Setelah beberapa saat akhirnya Rachma datang.
            Afnan tak langsung mengungkapkan perasaan nya. Ia mula-mula memperkenalkan Alfa, Anna dan Anisa yang baru dilihatnya sore itu. Sebenarnya mereka sudah saling bertemu, namun tak mengenal satu sama lain. Mereka mengobrol kesana-kemari hingga jam dan menit pun berlalu begitu cepat.
            “Emh, Rachma, lu udah punya cowok?” Tanya Anisa berbasa-basi karena melihat Afnan yang tengah bersiap untuk mengungkapkan sesuatu pada nya.
            “Belum sih, gue belum punya cowok.” Jawab Rachma sambil sibuk mengutak-atik ponsel nya.
            “Beneran?” Tanya Afnan mempertegas. Dalam hati nya ia sangat bahagia. Tangan nya yang ia sembunyikan di belakang punggung kini pelan-pelan ia keluarkan sambil memegang setangkai bunga mawar berwarna pink.
            “Sebenernya, gue—“ Lanjut Afnan terhenti meneguhkan hati nya. Bersiap untuk mengatakan sesuatu.
            “Kalau boleh jujur, gue.. gue—“

BERSAMBUNG
Tunggu part selanjutnya yeth. Jan lupa follow ig: Musyafaahdewi dan twitter: MikiMizu_
Terimakasih^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar