Hana
“Saengil chukka hamnida! Saengil
chukka hamnida!” Teriak Hana bernyanyi membuat telinga satu kelas pengang
seketika.
“Yey! Saengil chukka hamnida!”
Teriakku pula menambah kelas semakin gaduh. Padahal aku sendiri tak tau siapa
yang sedang berulang tahun hari ini.
“SAENGIL CHUKKA HAMNIDA!” Teriakku
lagi bersamaan dengan suara teriakan Hana.
“Shut! Woy berisik!” teriak Eko dari
luar kelas.
“Haha.. Han, memang siapa yang
berulang tahun?” Tanyaku pada Hana yang sedang mematikan kipas angin dikelas
sambil tertawa kegirangan. Seingatku hari ini adalah anniversary salah satu
girlband korea yang di idolakannya
“AAA... SAENGIL CHUKKA HAMNIDA!!”
Teriak Hana semakin gila. Kaki nya kini menginjak-injak meja kelas.
“WOY! DIAM!” Teriak lagi anak-anak
lain yang berada diluar kelas.
“Hana! Ada tas gue, mejanya jan
diinjek! Kotor tau!” Seru ku. Aku yang berada disekitar meja guru melihat Hana
yang semakin menggila melompat-lompat mengotori mejaku, dan yang pasti mejanya
juga. Kami memang duduk satu bangku.
“Haha! Bodo lah! Gue ini tuh lagi
bahagia. Jan ganggu kebahagiaan gue dong!” Katanya dengan gaya nya yang kini
menirukan dance boyband korea sambil menyanyi-nyanyi tidak jelas. Memang benar
ini adalah hari anniversary boyband dan girlband korea favorit Hana. Pantas
bahagia sekali.
“Hah! Terserah lu deh!” Kataku
mengalah sambil terus melihat data absen dan jurnal kelas hari ini sebelum
dikumpulkan dikantor setiap pulang sekolah. Dan sekarang sudah jam pulang
sekolah.
“Yaudahlah. Gue pulang dulu ye, Nyet!”
Ujar Hana sambil keluar kelas.
“Iye. Hati-hati ye, Nyet! Pulangnya
jalan pake kaki jangan gelindingan” Seru ku karena memang Hana memiliki tubuh
yang sedikit berisi.
“Resek lu! Dasar! Dadaahhh”
Tangannya kini melambai-lambai, terlihat jelas senyumnya begitu bahagia hari
ini.
“Ka, ini tugas bioligi difotocopy
sekarang aja?” Tanyaku pada Raka. Dia ketua kelas, sedangkan aku bendaharanya.
“Iya sekarang aja. Uangnya dong”
Pintanya
“Bentar, gue ambil tas dulu” Seru ku
seraya berjalan menuju mejaku dan mengambil tas.
“Ntar, gue ambil dulu. Ampun tas gue
berat banget!” Lanjutku.
“Cepet!”
“Iye bentaran ini” Kata ku sambil
membuka tas. Dan yang kutemukan pertama kali di tas adalah,
“Hah? Loh? Hana, Ih! Dasar!
Yaampun!” Gelagapku kaget setelah mengetahui apa benda itu. Dan kini aku faham
mengapa Hana begitu bahagia dan menyanyi lagu tadi. Yeah, tiga hari yang lalu
aku berulang tahun. Dan ini adalah kado dari Hana yang mungkin sengaja ia letakkan
secara diam-diam tadi sebelum pulang.
Aku kaget. Sangat kaget. Bukan
karena apa-apa. Tapi tiga hari yang lalu sifat Hana sangat berbeda, seharian
itu ia terus memasang wajah galak padaku. Setiap aku bicara ia menyahuti dengan
kasar. Tak jelas apa yang membuatnya seperti itu. Tapi ternyata itu ia lakukan
untuk ini. Hahaa, terimaksih Han!.
“Kenapa Ray?” Tanya Raka melihat
kekagetan ku.
“Eh, Nggak. Ini uangnya. Gue pulang
dulu ya!”
“Eh, Raya! Ini jurnal sama absen nya
bawa kekantor gih!”
“Nama gue Rachel kali, bukan Raya!”
Ujarku sambil mengambil absen dan jurnal.
“Ah, bodo lah. Enakan manggil Ray
daripada Rachel” Anak-anak kelas memang suka mengganti-ganti nama orang. Namaku
Rachel tapi mereka lebih suka memangggilku Ray. Alasannya karena lebih gampang.
“Yaudah duluan ya. Dadaah!”
Sesampai nya dirumah aku membuka
kado dari Hana. Isi nya jilbab dan buku diary berwarna pink. Han, gue kan ngga suka pink.Tapi tak
apalah, buku nya bagus. Dan secarik kertas berwarna pink pula yang kurasa itu
surat ucapan
Happy
Birthday, Happy Birthday, Happy Birthday to you! {} :*
Ray,
selamat ulang tahun ya. Panjang umur, sehat selalu, hidupnya barokah dunia akhirat,
bisa
mewujudkan mimpi-mimpinya, intinya semoga menjadi pribadi yang lebih baik.
Makasih
selama ini Ray sudah mau mejadi teman terbaik buat gue! {}
Maap
kalo selama ini gue belum menjadi teman baik buat Ray *tear*
Maapin
gue sering bully Ray :D
Maapin
juga kemaren gue kasarin, cuma rekayasa ko! :D
Tetap
jadi Ray yang gue kenal ya ^^
Jan
berubah!
Tetap
jadi teman curhat tentang Oppa dan Eonn gue dikorea #NgayalParah :”D
Semoga
bermanfaat
Sayang
Ray :*
Lvyu:*
{}
Pun hampir saja mata ku meleleh
membaca surat dari Hana. Aku dan Hana sudah berteman lama. Mungkin sudah 12
tahun ini. Semenjak menginjak bangku TK kami sudah bersama. Sedari SD, SMP dan
SMA kali ini kita selalu satu kelas. Mungkin tuhan memang menakdirkan kita untuk
terus bersama hingga ajal menjemput nanti.
Keesokan hari nya sekolah masuk
seperti biasa. Aku duduk dibangku sambil menunggn bel masuk berbunyi. Aku duduk
santai namun perasaan tidak enak muncul. Ada yang menggelitiku dari belakang.
Siapa lagi kalau bukan Hana, dia selalu jahil kepada ku.
“Hana! Geli tau!” Seruku langsung
berdiri dan membalas mencubit-cubit pinggang Hana agar dia juga merasakan geli.
“Apa sih, orang gue ngga geli. Wlee”
“Huh!”
“Minggir-minggir gue mau duduk”
“Iye-iye. Oh iya Hana! Kemarin..”
seruku tertahan melihat Hana senyum-senyum takjelas.
“Dasar! Trus ngapain empat hari yang
lalu marah-marah ngga jelas? Huh! Tapi thanks ya, gue suka loh kadonya”
Lanjutku dan membuat Hana tertawa geli mengingat empat hari yang lalu tak ada
angin tak ada hujan dia marah-marah tak jelas pada ku.
“Traktiran buat gue mana dong, Nyet”
Pintanya
“Ngga ada traktiran, wlee”
Hana hanya menjawab dengan muka
bebeknya. Waktu istirahat tiba. Seperti biasa aku dan Hana pergi ke kantin
untuk membeli makan. Saat dikantin tak ada tempat duduk yang kosong, semua terisi
oleh murid-murid yang kelaparan, sama seperti kami.
“Ray, Han, gabung yuk!” Seru Reza
yang berada di bangku paling tengah kantin ini
“Yuk Ray, gabung sama mereka aja.
Dari pada ngga dapat tempat duduk” Kata Hana menarik lengan ku. Padahal tanpa
ditarik pun aku sudah akan berjalan kesana. Dasar
Hana!
Dibangku itu ada Reza, Anggi dan
Melly. Reza memang suka bergerombol bersama perempuan. Mungkin dia malas makan
bersama teman laki-lakinya, atau bisa juga dia sedang pendekatan dengan Melly.
Pernah ada gosip bahwa mereka berpacaran. Tapi Melly bilang mereka ‘masih’
berteman.
Selesai makan kami masuk kembali ke
kelas. Pelajaran setelah istirahat kosong. Syukurlah bisa bersantai-santai.
Lagi-lagi Hana menjahili ku. Dia berkali-kali menggelitiki pinggang dan
leherku. Aku memang sangat geli bila leherku tersentuh oleh orang, meskipun
sudah terlapisi dengan jilbab yang kukenakan.
Aku membalas perlakuan Hana. Namun gerakan
Hana lebih cepat dari ku. Hana menghindar, lalu memegang leherku. Yang ini
mungkin lebih ke mencekik ku. Dasar Hana
suka bermain kasar, awas kau Han!. Bingung dengan apa yang harus ku
lakukan, aku mencubit pipi Hana dan berhasil membuat nya berhenti bergerak dan
hanya tertawa, karena memang ini senjata terakhirku untuk menghentikan
kejahilan Hana.
“Hayo, Hana ngga boleh nakal!” seru
ku sambil terus mencubit pipi Hana.
Hana hanya tertawa geli. Mungkin dia
tidak bisa berkata-kata. Namun pergerakan Hana lebih cepat dari yang kukira, tangan Hana kembali menggelitiku. Dan
kali ini aku hanya bisa berlari untuk menhindar dari Hana. Sungguh melelahkan.
Tapi aku begitu suka dengan suasana ini. Kami suka menjahili satu sama lain.
“Han, gue pernah baca di web, huft
hhh katanya hhh kalo berteman lebih dari tujuh tahun itu hhhh, berarti teman sejati loh hhhft hh” Kata ku sambil
mengatur nafas, lelah sehabis berlari menghindari Hana.
“Masa?” Kata Hana. Dia tau aku
mengatakan ini agar dia berhenti menggelitikiku lagi. Hana tertawa terbahak-bahak
melihatku yang kini terduduk lesu didepan kelas.
“Dasar lu, bisanya ketawa mulu!”
Lanjutku
“Biarin, wlee” Kata Hana sambil
menjulurkan lidahnya
Hari-hari terus berjalan, dan yang
kulakukan bersama Hana tak pernah terlewatkan. Saling menjahili satu sama lain.
Tapi saat istirahat tiba Hana kini lebih suka bersama Anisa, mereka melihat
drama korea dikelas.
Akhir-akhir ini aku istirahat
bersama Nia. Bangku nya tepat dibelakangku. Teerkadang kami juga suka bercanda
di kelas jika jam kosong dan Hana sedang tidur. Hana memang kebo, suka tidur
dimana-mana.
“Han, kekantin yuk!” Ajak ku pada
Hana
“Nggak ah, gue males” Jawab Hana
sambil berjalan menghampiri meja Anisa.
“Yah, terus gue istirahat sama siapa
dong?” Seru ku melihat kelas yang mulai kosong. Tak ada satupun anak yang bisa diajak kekantin. Mereka semua
sudah keluar kelas sedari tadi.
“Ray!” Seru Reza dari luar
“Kekantin
yuk. Gue ditinggal Melly nih!” Lanjutnya lagi
“Ah,
tapi masa berdua doang? nanti gue dikira perusak hubungan lo sama Melly”
“Udahlah
ngga akan ada yang bilang gitu. Hubungan gue dengan Melly kan belum jelas”
“Tapi
kan—“ Sergah ku
“Udah
cepet! Gue laper nih!”
Sesampainya dikantin aku
segera berlari kearah meja Melly. Aku takut jika ia salah faham dengan aku dan
Reza. Tapi ternyata tidak. Melly taksedikit pun menaruh curiga. Tapi memang begitu
adanya, aku dan Reza tak ada hubungan lebih kecuali berteman.
“Tumben lo ngga bareng Hana,
berantem?” Tanya Rangga yang juga ada disatu meja
“Nggak. Dia lagi nonton Drakor bareng Anisa dikelas” Jawabku tak
bersemangat. Menyiapkan telinga untuk mendengar cerita Hana soal boyband korea
favoritnya nanti dikelas. Hana sering sekali bercerita soal EXO dan Taeyeon
SNSD. Aku sendiri sebenarnya sedikit malas dan bosan mendengar semua itu. Tapi
demi menjaga perasaan Hana aku rela jika telinga ku harus pengang karena
mendengar ceritanya. Kebahagian Hana adalah segala nya bagiku.
Bel kembali berbunyi. Memberi tanda
pelajaran akan dimulai kembali. Aku bersama yang lainnya kembali ke kelas.
Begitu masuk, kelas terdengar begitu gaduh. Suara teriakan Hana terdengar
begitu keras ditambah lagi dengan suara cempreng Anisa. Dan kini mereka
menirukan gaya dance practis BigBang Bang-Bang.
Semua yang melihat termasuk aku hanya bisa tertawa tanpa bisa
menghentikannya. Dasar k-popers alay.
“Heh berisik!” Seru Rangga
membentak dari arah pintu.
“Apa lu, biasa aja dong” Sahut Hana.
Kini ia berdiri diatas kursi. Lagi!
“Bisa diam? Suara lu cempreng
banget! Ngga layak buat didengar!” Seketika satu kelas tertawa mendengar
perkataan Rangga. Hana yang tidak terima hanya mengomel pelan sambil turun dari
kursi.
“Udah? Diem?” Kata Rangga lagi
sambil tersenyum tipis memastikan Hana tidak lagi berteriak-teriak.
“Hih, sumpah kesel gue satu kelas
sama lo!” Kata Hana, Wajahnya terlihat kesal namun kata-kata nya hanya sebatas
bercanda
“Huss, Hana ngga boleh gitu loh.
Hayoo” Goda Shila dari bangkunya yang tak jauh dari bangku ku dan Hana.
“Iya Han ngga boleh gitu tau!”
Tambah Eko
“Ingatlah masa-masa dahulu Han!”
Sahut ku sok puitis. Seketika satu kelas tertawa terbahak-bahak mendengarku.
Semua tentu tau bahwa Hana dan Rangga sempat memiliki hubungan cukup lama.
Namun Rangga pergi dan memilih bersama yang lain.
“Ih elo apaan sih?” Wajah nya
malu-malu namun nada suara nya tinggi seperti orang marah.
“Haha.. piss Han” kata ku sambil
mengangkat jari membentuk huruf ‘V’
Suasana kala itu masih stabil. Hana
marah-marah membentakku dengan keras. Aku tahu Hana tidak benar-benar marah.
Hana sering melakukan itu saat aku meledek boyband favoritnya. Reaksi ku juga
hanya biasa saja. Aku hafal pasti jika Hana marah dengan cepat ia bisa kembali
lagi seperti semula.
“Hih. Pergi lo. Benci gue sama lo.
Benci!” Kata Hana berteriak-teriak sambil membanting semua barang-barang ku
yang ada dimeja.
“Haha.. Ampun Han” Ujarku yang kini
terduduk dilantai sambil mengambil barang-barang ku.
“Pergi lo. Males gue ketemu sama lo”
Seru Hana mengusir.
”Eh, gue cuma bercanda tau!” Seruku
pada Hana
“Bodo amat! Pergi lo, ngga usah
duduk dibangku gue lagi!” Katanya sambil memalingkan wajah. Dari logat nya aku
tau Hana hanya bercanda, aku hafal betul semua tentangnya. Aku hanya cekikikan
melihatnya seperti itu.
“Eh Ray, Hana marah beneran loh.
Mati lo Ray!” Kata Dika menakut-nakuti ku
“Udalah tenang. Tunggu aja 5 menit
nanti juga balik lagi” Kataku sambil melirik Hana. Dia hanya mengomel tidak
jelas. Wajahnya terlihat lelah setelah melempar-lempar semua barangku. Kerigat
bercucuran di dahi nya. Bahkan lengan seragamnya pun ikut basah.
“Loh, Hana jangan nangis” Canda
Angel dari bangku nya. Nada suara nya halus dan manja, nyaris menusuk hati
setiap yang mendengarnya. Hana hanya diam sambil mengatur nafas karena
kelelahan. Namun lama-kelamaan dia bergeser duduk kepojok bangku. Dan yang ia
lakukan adalah.. menangis! Hei Hana
mengapa kau menangis?
Antara shock dan tidak aku hanya
tertawa geli dan masih terduduk dilantai. Aku menunggu Hana berbalik lalu
tertawa padaku. Namun, tangis Hana semakin hebat. Apa mungkin dia benar-benar
marah padaku. Padahal aku ingat betul beberapa hari yang lalu aku juga pernah
mengatakan hal itu pada Hana saat ia sedang berdebat dengan Rangga. Hana hanya
marah seperti biasa lalu bercanda lagi bersamaku.
“Han?” Seruku pelan. Memastikan Hana
baik-baik saja. Namun tak ada jawaban. Hana menyembunyikan wajahnya dengan
kedua tangan.
“Hana?” Seruku lagi. Aku shock.
Benar-benar shock. Tidak biasa nya Hana seperti ini. Ini seperti bukan Hana.
“Ha—“ Suara ku terhenti. Hana
membuka tangan nya dan memperlihatkan wajahnya. Seketika kelas sepi.
Bersambung
Lihat lanjutan di Part 2 yeth! Thankie yang udah baca