Kamis, 10 November 2016

Hana -Part 1-

Hana
 
            “Saengil chukka hamnida! Saengil chukka hamnida!” Teriak Hana bernyanyi membuat telinga satu kelas pengang seketika.
            “Yey! Saengil chukka hamnida!” Teriakku pula menambah kelas semakin gaduh. Padahal aku sendiri tak tau siapa yang sedang berulang tahun hari ini.
            “SAENGIL CHUKKA HAMNIDA!” Teriakku lagi bersamaan dengan suara teriakan Hana.
            “Shut! Woy berisik!” teriak Eko dari luar kelas.
            “Haha.. Han, memang siapa yang berulang tahun?” Tanyaku pada Hana yang sedang mematikan kipas angin dikelas sambil tertawa kegirangan. Seingatku hari ini adalah anniversary salah satu girlband korea yang di idolakannya
            “AAA... SAENGIL CHUKKA HAMNIDA!!” Teriak Hana semakin gila. Kaki nya kini menginjak-injak meja kelas.
            “WOY! DIAM!” Teriak lagi anak-anak lain yang berada diluar kelas.
            “Hana! Ada tas gue, mejanya jan diinjek! Kotor tau!” Seru ku. Aku yang berada disekitar meja guru melihat Hana yang semakin menggila melompat-lompat mengotori mejaku, dan yang pasti mejanya juga. Kami memang duduk satu bangku.
            “Haha! Bodo lah! Gue ini tuh lagi bahagia. Jan ganggu kebahagiaan gue dong!” Katanya dengan gaya nya yang kini menirukan dance boyband korea sambil menyanyi-nyanyi tidak jelas. Memang benar ini adalah hari anniversary boyband dan girlband korea favorit Hana. Pantas bahagia sekali.
            “Hah! Terserah lu deh!” Kataku mengalah sambil terus melihat data absen dan jurnal kelas hari ini sebelum dikumpulkan dikantor setiap pulang sekolah. Dan sekarang sudah jam pulang sekolah.
            “Yaudahlah. Gue pulang dulu ye, Nyet!” Ujar Hana sambil keluar kelas.
            “Iye. Hati-hati ye, Nyet! Pulangnya jalan pake kaki jangan gelindingan” Seru ku karena memang Hana memiliki tubuh yang sedikit berisi.
            “Resek lu! Dasar! Dadaahhh” Tangannya kini melambai-lambai, terlihat jelas senyumnya begitu bahagia hari ini.
            “Ka, ini tugas bioligi difotocopy sekarang aja?” Tanyaku pada Raka. Dia ketua kelas, sedangkan aku bendaharanya.
            “Iya sekarang aja. Uangnya dong” Pintanya
            “Bentar, gue ambil tas dulu” Seru ku seraya berjalan menuju mejaku dan mengambil tas.
            “Ntar, gue ambil dulu. Ampun tas gue berat banget!” Lanjutku.
            “Cepet!”
            “Iye bentaran ini” Kata ku sambil membuka tas. Dan yang kutemukan pertama kali di tas adalah,
            “Hah? Loh? Hana, Ih! Dasar! Yaampun!” Gelagapku kaget setelah mengetahui apa benda itu. Dan kini aku faham mengapa Hana begitu bahagia dan menyanyi lagu tadi. Yeah, tiga hari yang lalu aku berulang tahun. Dan ini adalah kado dari Hana yang mungkin sengaja ia letakkan secara diam-diam tadi sebelum pulang.
            Aku kaget. Sangat kaget. Bukan karena apa-apa. Tapi tiga hari yang lalu sifat Hana sangat berbeda, seharian itu ia terus memasang wajah galak padaku. Setiap aku bicara ia menyahuti dengan kasar. Tak jelas apa yang membuatnya seperti itu. Tapi ternyata itu ia lakukan untuk ini. Hahaa, terimaksih Han!.
            “Kenapa Ray?” Tanya Raka melihat kekagetan ku.
            “Eh, Nggak. Ini uangnya. Gue pulang dulu ya!”
            “Eh, Raya! Ini jurnal sama absen nya bawa kekantor gih!”
            “Nama gue Rachel kali, bukan Raya!” Ujarku sambil mengambil absen dan jurnal.
            “Ah, bodo lah. Enakan manggil Ray daripada Rachel” Anak-anak kelas memang suka mengganti-ganti nama orang. Namaku Rachel tapi mereka lebih suka memangggilku Ray. Alasannya karena lebih gampang.
            “Yaudah duluan ya. Dadaah!”
            Sesampai nya dirumah aku membuka kado dari Hana. Isi nya jilbab dan buku diary berwarna pink. Han, gue kan ngga suka pink.Tapi tak apalah, buku nya bagus. Dan secarik kertas berwarna pink pula yang kurasa itu surat ucapan
             Happy Birthday, Happy Birthday, Happy Birthday to you! {} :*
            Ray, selamat ulang tahun ya. Panjang umur, sehat selalu, hidupnya barokah dunia akhirat,
            bisa mewujudkan mimpi-mimpinya, intinya semoga menjadi pribadi yang lebih baik.
            Makasih selama ini Ray sudah mau mejadi teman terbaik buat gue! {}
            Maap kalo selama ini gue belum menjadi teman baik buat Ray *tear*
            Maapin gue sering bully Ray :D
            Maapin juga kemaren gue kasarin, cuma rekayasa ko! :D
            Tetap jadi Ray yang gue kenal ya ^^
            Jan berubah!
            Tetap jadi teman curhat tentang Oppa dan Eonn gue dikorea #NgayalParah :”D
            Semoga bermanfaat
            Sayang Ray :*
            Lvyu:* {}
              
               Pun hampir saja mata ku meleleh membaca surat dari Hana. Aku dan Hana sudah berteman lama. Mungkin sudah 12 tahun ini. Semenjak menginjak bangku TK kami sudah bersama. Sedari SD, SMP dan SMA kali ini kita selalu satu kelas. Mungkin tuhan memang menakdirkan kita untuk terus bersama hingga ajal menjemput nanti.
            Keesokan hari nya sekolah masuk seperti biasa. Aku duduk dibangku sambil menunggn bel masuk berbunyi. Aku duduk santai namun perasaan tidak enak muncul. Ada yang menggelitiku dari belakang. Siapa lagi kalau bukan Hana, dia selalu jahil kepada ku.
            “Hana! Geli tau!” Seruku langsung berdiri dan membalas mencubit-cubit pinggang Hana agar dia juga merasakan geli.
            “Apa sih, orang gue ngga geli. Wlee”
            “Huh!”
            “Minggir-minggir gue mau duduk”
            “Iye-iye. Oh iya Hana! Kemarin..” seruku tertahan melihat Hana senyum-senyum takjelas.
            “Dasar! Trus ngapain empat hari yang lalu marah-marah ngga jelas? Huh! Tapi thanks ya, gue suka loh kadonya” Lanjutku dan membuat Hana tertawa geli mengingat empat hari yang lalu tak ada angin tak ada hujan dia marah-marah tak jelas pada ku.
            “Traktiran buat gue mana dong, Nyet” Pintanya
            “Ngga ada traktiran, wlee”
            Hana hanya menjawab dengan muka bebeknya. Waktu istirahat tiba. Seperti biasa aku dan Hana pergi ke kantin untuk membeli makan. Saat dikantin tak ada tempat duduk yang kosong, semua terisi oleh murid-murid yang kelaparan, sama seperti kami.
            “Ray, Han, gabung yuk!” Seru Reza yang berada di bangku paling tengah kantin ini
            “Yuk Ray, gabung sama mereka aja. Dari pada ngga dapat tempat duduk” Kata Hana menarik lengan ku. Padahal tanpa ditarik pun aku sudah akan berjalan kesana. Dasar Hana!
            Dibangku itu ada Reza, Anggi dan Melly. Reza memang suka bergerombol bersama perempuan. Mungkin dia malas makan bersama teman laki-lakinya, atau bisa juga dia sedang pendekatan dengan Melly. Pernah ada gosip bahwa mereka berpacaran. Tapi Melly bilang mereka ‘masih’ berteman.
            Selesai makan kami masuk kembali ke kelas. Pelajaran setelah istirahat kosong. Syukurlah bisa bersantai-santai. Lagi-lagi Hana menjahili ku. Dia berkali-kali menggelitiki pinggang dan leherku. Aku memang sangat geli bila leherku tersentuh oleh orang, meskipun sudah terlapisi dengan jilbab yang kukenakan.
             Aku membalas perlakuan Hana. Namun gerakan Hana lebih cepat dari ku. Hana menghindar, lalu memegang leherku. Yang ini mungkin lebih ke mencekik ku. Dasar Hana suka bermain kasar, awas kau Han!. Bingung dengan apa yang harus ku lakukan, aku mencubit pipi Hana dan berhasil membuat nya berhenti bergerak dan hanya tertawa, karena memang ini senjata terakhirku untuk menghentikan kejahilan Hana.
            “Hayo, Hana ngga boleh nakal!” seru ku sambil terus mencubit pipi Hana.
            Hana hanya tertawa geli. Mungkin dia tidak bisa berkata-kata. Namun pergerakan Hana lebih cepat dari yang  kukira, tangan Hana kembali menggelitiku. Dan kali ini aku hanya bisa berlari untuk menhindar dari Hana. Sungguh melelahkan. Tapi aku begitu suka dengan suasana ini. Kami suka menjahili satu sama lain.
            “Han, gue pernah baca di web, huft hhh katanya hhh kalo berteman lebih dari tujuh tahun itu hhhh, berarti  teman sejati loh hhhft hh” Kata ku sambil mengatur nafas, lelah sehabis berlari menghindari Hana.
            “Masa?” Kata Hana. Dia tau aku mengatakan ini agar dia berhenti menggelitikiku lagi. Hana tertawa terbahak-bahak melihatku yang kini terduduk lesu didepan kelas.
            “Dasar lu, bisanya ketawa mulu!” Lanjutku
            “Biarin, wlee” Kata Hana sambil menjulurkan lidahnya
            Hari-hari terus berjalan, dan yang kulakukan bersama Hana tak pernah terlewatkan. Saling menjahili satu sama lain. Tapi saat istirahat tiba Hana kini lebih suka bersama Anisa, mereka melihat drama korea dikelas.
            Akhir-akhir ini aku istirahat bersama Nia. Bangku nya tepat dibelakangku. Teerkadang kami juga suka bercanda di kelas jika jam kosong dan Hana sedang tidur. Hana memang kebo, suka tidur dimana-mana.
            “Han, kekantin yuk!” Ajak ku pada Hana
            “Nggak ah, gue males” Jawab Hana sambil berjalan menghampiri meja Anisa.
            “Yah, terus gue istirahat sama siapa dong?” Seru ku melihat kelas yang mulai kosong. Tak ada satupun  anak yang bisa diajak kekantin. Mereka semua sudah keluar kelas sedari tadi.
            “Ray!” Seru Reza dari luar
            “Kekantin yuk. Gue ditinggal Melly nih!” Lanjutnya lagi
            “Ah, tapi masa berdua doang? nanti gue dikira perusak hubungan lo sama Melly”
            “Udahlah ngga akan ada yang bilang gitu. Hubungan gue dengan Melly kan belum jelas”
            “Tapi kan—“ Sergah ku
            “Udah cepet! Gue laper nih!”
                        Sesampainya dikantin aku segera berlari kearah meja Melly. Aku takut jika ia salah faham dengan aku dan Reza. Tapi ternyata tidak. Melly taksedikit pun menaruh curiga. Tapi memang begitu adanya, aku dan Reza tak ada hubungan lebih kecuali berteman.
            “Tumben lo ngga bareng Hana, berantem?” Tanya Rangga yang juga ada disatu meja
            “Nggak. Dia lagi nonton Drakor bareng Anisa dikelas” Jawabku tak bersemangat. Menyiapkan telinga untuk mendengar cerita Hana soal boyband korea favoritnya nanti dikelas. Hana sering sekali bercerita soal EXO dan Taeyeon SNSD. Aku sendiri sebenarnya sedikit malas dan bosan mendengar semua itu. Tapi demi menjaga perasaan Hana aku rela jika telinga ku harus pengang karena mendengar ceritanya. Kebahagian Hana adalah segala nya bagiku.
            Bel kembali berbunyi. Memberi tanda pelajaran akan dimulai kembali. Aku bersama yang lainnya kembali ke kelas. Begitu masuk, kelas terdengar begitu gaduh. Suara teriakan Hana terdengar begitu keras ditambah lagi dengan suara cempreng Anisa. Dan kini mereka menirukan gaya dance practis BigBang Bang-Bang. Semua yang melihat termasuk aku hanya bisa tertawa tanpa bisa menghentikannya. Dasar k-popers alay.
            “Heh berisik!” Seru Rangga membentak dari arah pintu.
            “Apa lu, biasa aja dong” Sahut Hana. Kini ia berdiri diatas kursi. Lagi!
            “Bisa diam? Suara lu cempreng banget! Ngga layak buat didengar!” Seketika satu kelas tertawa mendengar perkataan Rangga. Hana yang tidak terima hanya mengomel pelan sambil turun dari kursi.
            “Udah? Diem?” Kata Rangga lagi sambil tersenyum tipis memastikan Hana tidak lagi berteriak-teriak.
            “Hih, sumpah kesel gue satu kelas sama lo!” Kata Hana, Wajahnya terlihat kesal namun kata-kata nya hanya sebatas bercanda
            “Huss, Hana ngga boleh gitu loh. Hayoo” Goda Shila dari bangkunya yang tak jauh dari bangku ku dan Hana.
            “Iya Han ngga boleh gitu tau!” Tambah Eko
            “Ingatlah masa-masa dahulu Han!” Sahut ku sok puitis. Seketika satu kelas tertawa terbahak-bahak mendengarku. Semua tentu tau bahwa Hana dan Rangga sempat memiliki hubungan cukup lama. Namun Rangga pergi dan memilih bersama yang lain.
            “Ih elo apaan sih?” Wajah nya malu-malu namun nada suara nya tinggi seperti orang marah.
            “Haha.. piss Han” kata ku sambil mengangkat jari membentuk huruf ‘V’
            Suasana kala itu masih stabil. Hana marah-marah membentakku dengan keras. Aku tahu Hana tidak benar-benar marah. Hana sering melakukan itu saat aku meledek boyband favoritnya. Reaksi ku juga hanya biasa saja. Aku hafal pasti jika Hana marah dengan cepat ia bisa kembali lagi seperti semula.
            “Hih. Pergi lo. Benci gue sama lo. Benci!” Kata Hana berteriak-teriak sambil membanting semua barang-barang ku yang ada dimeja.
            “Haha.. Ampun Han” Ujarku yang kini terduduk dilantai sambil mengambil barang-barang ku.
            “Pergi lo. Males gue ketemu sama lo” Seru Hana mengusir.  
            ”Eh, gue cuma bercanda tau!” Seruku pada Hana
            “Bodo amat! Pergi lo, ngga usah duduk dibangku gue lagi!” Katanya sambil memalingkan wajah. Dari logat nya aku tau Hana hanya bercanda, aku hafal betul semua tentangnya. Aku hanya cekikikan melihatnya seperti itu.
            “Eh Ray, Hana marah beneran loh. Mati lo Ray!” Kata Dika menakut-nakuti ku
            “Udalah tenang. Tunggu aja 5 menit nanti juga balik lagi” Kataku sambil melirik Hana. Dia hanya mengomel tidak jelas. Wajahnya terlihat lelah setelah melempar-lempar semua barangku. Kerigat bercucuran di dahi nya. Bahkan lengan seragamnya pun ikut basah.
            “Loh, Hana jangan nangis” Canda Angel dari bangku nya. Nada suara nya halus dan manja, nyaris menusuk hati setiap yang mendengarnya. Hana hanya diam sambil mengatur nafas karena kelelahan. Namun lama-kelamaan dia bergeser duduk kepojok bangku. Dan yang ia lakukan adalah.. menangis! Hei Hana mengapa kau menangis?
            Antara shock dan tidak aku hanya tertawa geli dan masih terduduk dilantai. Aku menunggu Hana berbalik lalu tertawa padaku. Namun, tangis Hana semakin hebat. Apa mungkin dia benar-benar marah padaku. Padahal aku ingat betul beberapa hari yang lalu aku juga pernah mengatakan hal itu pada Hana saat ia sedang berdebat dengan Rangga. Hana hanya marah seperti biasa lalu bercanda lagi bersamaku.
            “Han?” Seruku pelan. Memastikan Hana baik-baik saja. Namun tak ada jawaban. Hana menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangan.
            “Hana?” Seruku lagi. Aku shock. Benar-benar shock. Tidak biasa nya Hana seperti ini. Ini seperti bukan Hana.
           “Ha—“ Suara ku terhenti. Hana membuka tangan nya dan memperlihatkan wajahnya. Seketika kelas sepi.

Bersambung 
Lihat lanjutan di Part 2 yeth! Thankie yang udah baca

Tidak ada komentar:

Posting Komentar