Hana
Part 2
“Han?”
Seruku pelan. Memastikan Hana baik-baik saja. Namun tak ada jawaban. Hana
menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangan.
“Hana?” Seruku lagi. Aku shock.
Benar-benar shock. Tidak biasa nya Hana seperti ini. Ini seperti bukan Hana.
“Ha—“ Suara ku terhenti. Hana
membuka tangan nya dan memperlihatkan wajahnya. Seketika kelas sepi. Bahkan
beberapa dari mereka keluar dari kelas.
“Loh? Han, ih? Tadi, Ak.. Aku
tadi..” Kini lidah ku terasa kilu, tak dapat berkata apa-apa melihat air mata
Hana yang tak juga berhenti jatuh dari pelupuk matanya.
“Apa? Hah? APA?” Bentak Hana padaku.
Tangan ku gemetar. Aku tak menyangka semua jadi seperti ini hanya karena aku
bicara demikian.
“Hana, maaf. Aku.. Aku tadi cuma
niat bercanda”
“Diam! Pergi lo dari sini. Pergi!”
Kini Hana berdiri. Aku mendongak melihat wajahnya karena sedari tadi aku bicara
dengan meletakkan lutut dilantai.
“Han, beneran tadi itu—“
“Pergi!” Bentak Hana lagi memotong
bicara ku. Hana kembali terisak. Ia terduduk lagi dikursi. Seketika aku tak tau
apa yang harus ku lakukan. Aku tak biasa dalam kondisi seperti ini.
Mungkin satu-satunya jalan hanya
diam dan menunggunya berhenti menangis. Namun apa daya, keberadaanku disini
hanya membuatnya semakin emosi. Aku menyesal. Sungguh menyesal. Andai kalimat
tadi tak keluar dari mulutku, mungkin saat ini aku sedang bercanda, barmain
atau bahkan berdebat mana yang lebih tampan antara Oh Sehun dan Xi Luhan. Hana, aku tak suka dengan keadaan seperti
ini. Mengertilah! Apa perkataanku tadi sangat keterlaluan? Maafkan aku Han.
Setelah kejadian itu, aku tak
lagi bicara dengan Hana hingga pulang sekolah. Bahkan 2 hari setelah itu aku
tak juga ada komunikasi dengan nya. Kini sekolah sedang diliburkan satu minggu untuk
memperingati Hari Raya Idul Adha. Aku
tak bisa bertemu Hana. Padahal aku ingin sekali lagi meminta maaf padanya.
Email:
Nabil_majid99@gmail.com
Teman-teman. Datang ke Reuni Kelas
VI-1 tanggal
14 Sept di Cafe Sweetness jam
09.00 yah.
Jangan lupa. See you.
Nabil-Panitia
Tiga hari setelah mendapat E-mail
dari Nabil berlalu cepat. Semoga Hana datang dan teman-teman bisa membantu ku
untuk berdamai dengan nya. Sudah pukul 08.45, tapi belum juga ada kabar
teman-teman. Aku takut jika saja acara kali ini gagal karena banyaknya
teman-teman yang sudah sibuk dengan urusan sekolahnya msing-masing.
“Rachel!” Suara seorang perempuan.
Sepertinya itu Luna yang akan mengajakku berangkat bersama. Dan benar saja di
depan rumah sudah ada Luna dan Nabil. Mereka sengaja menjemput karena ternyata
yang datang hanya sekian orang dari 28 siswa kelas.
Sebelum berangkat ke Cafe kami
berkumpul dahulu dirumah Faya. Rumah Faya memang sering digunakan teman-teman
untuk berkumpul saat reuni sebelum pergi kesuatu tempat. Hana mana, mengapa dia tidak ada disini. Atau belum datang? Bagaimana ini?
“Eh Bil, yang datang cuma ini aja?
Yang lain mana?” Tanya Faya pada Nabil. Dia sedang sibuk memarkirkan motornya
didepan rumah Faya.
“Nggak tau gue. Belum datang kali”
Jawab Nabil sambil merogoh sakunya untuk mengambil handphone.
“Itu si Hana jemput gih Bil. Lu kan
jemputan umum” Seru Faya cekikikan pada
kalimat terakhirnya.
“Yakali! Eh tapi dia bilang katanya
ngga ikutan”
“Kenapa?” Tanya ku. Aku takut jika
ia tak ikut hanya karena ada aku.
“Nggak tahu sibuk kali!” Jawabnya
acuh.
Aku ingat, beberapa hari sebelum aku
dan dia bertengkar, dia sempat beberapa kali mengeluh kalau badannya
pegal-pegal dan pusing. Apa dia tidak ikut reuni karena pegal ya? Atau sakit?
Tapi tidak, saat itu aku bahkan melihat Hana meminum obat secara bulat-bulat
walau pelajaran sedang berlangsung. Beruntung guru matematika saat itu tidak
melihatnya. Keesokan harinya Hana sudah baikan. Dia terlihat semangat dan
seperti biasa melakukan hal gila. Menyanyi-nyanyi dikelas sambil
berteriak-teriak.
“Yaudah nih kita jadi ke Cafe? Capek
nih gue berdiri disini nungguin yang lain” Keluhku. Hampir setengah jam
sepertinya, kami menunggu yang lain. Namun yang datang hanya Zahra, Rifa, dan
Izza. Sisanya tidak.
“Udah jam segini. Di tempat makan
dekat-dekat sini aja gimana?” Usul Luna.
“Boleh juga. Yaudah yuk!”
Sedikit kecewa dengan reuni kali
ini. Yang datang hanya enam orang.
Dimana yang lain, bukankah kita sudah membahas rencana reuni ini di grup
whatsapp. Tak tahu lah, setidaknya beberapa orang ini asyik diajak bercanda
atau sekedar mengobrol biasa.
Hari sudah berlalu. Besok, sekolah
akan dimulai kembali seperti biasa. Tetapi, KBM
tak langsung dimulai. Sekolah akan mengadakan acara Khatmil Qur’an untuk memperingati Hari Raya Idul Adha, kami juga akan makan-makan seperti yang
dilakukan sekolah lain saat penyembelihan qurban.
Untuk
kelas X MIA 2 diharap besok
membawa
al-qur’an bagi yang
tidak
udzur
Terimakasih
-Hana-
Hana? Yes! Mungkin ini saat yang
tepat untuk meminta maaf. Biar hanya lewat massanger tapi aku berharap dia dapat
memaafkan ku. Aku berharap saat bertemu nanti, Hana tidak lagi memalingkan
wajahnya dari ku.
Hana?
Send. 1 menit, 5 menit, tak juga
ada balasan
Han?
Hana?
2 menit berlalu. Kenapa tidak
dibalas juga?
Dddrrrrrrrrtttttttt.. Handphone
ku bergetar, ada balasan dari Hana!
Apa Ray?
Hana!
Maafin yang kemarin ya Han,
gue
beneran ngga ada niatan lain
selain bercanda.
Iya
Ray nggapapa. Tapi jan diulangin lagi.
Lu
enak cuma bisa bilang bercandaan,
Tapi
gue yang ngrasain itu semua Ray.
Gue
masih sakit hati sama Rangga,
ngga
mau ngungkit lagi tentang dia.
Yang
dulu ya dulu aja, sekarang ya sekarang.
Ngga perlu dibahas
lagi.
Iya
Han, maaf banget. Gue juga jadi mikir
ngga
enaknya masalalu kalo diungkit lagi itu
kek apa. Sekali
lagi maafin gue ya Han.
Iya.
Gue juga minta maaf udah kasarin
lo kemarin.
Iya Han, makasih.
Iya.
Aku lega, sangat lega. Itu berarti
besok kita bisa bercanda lagi seperti biasa. Dan aku berfikir sebagai wujud
maafku, aku berniat membelikan coklat kesukaan nya. Hana pasti senang, dan kami
akan bercanda seperti biasa.
Esok telah tiba. Kegiatan sekolah
kali ini adalah penyembelihan kurban, khotmil qur’an dan makan-makan. Alih-alih
yang lain taksabar makan, aku malah tak sabar ingin bertemu Hana. Aku sudah
membawakan coklat kesukaan nya. Semoga Hana benar-benar tak marah lagi.
“Ra!” Seru Shassa dari arah gerbang.
Tangan nya merogoh saku nya, seperti ingin mengeluarkan sesuatu.
“Apa?” Tanyaku saat jarak kami tidak
lagi jauh.
“Ini..” Jawabnya memberi ku amplop
“Surat izin Hana, dia masih sakit” Lanjut
Shassa.
“Loh, Hana masih sakit toh?” Tanya
ku lagi.
“Iya. Yaudah gue kesana dulu ya”
Katanya sambil berlalu.
Hana sakit, itu berarti hari ini
kita takbisa bertemu. Sayang sekali, padahal aku begitu menantikan hari ini.
Tapi ini semua juga demi kebaikan Hana, agar dia cepat sembuh.
Hari lagi-lagi cepat berlalu. Sudah
tiga hari ini Hana tak masuk sekolah. Kemarin Hana memberi tahu bahwa dia sakit
Tifus. Tak heran jika Hana tidak
masuk sekolah lama, karena memang Tifus membuat
tubuh lemah dan salahsatu cara menyembuhkannya adalah dengan istirahat yang
cukup.
Tidak bertemu Hana terlalu lama
sepertinya membuat rasa rindu bermunculan. Aku ingin sekali bertemu dengannya.
Coklat empat hari yang lalu yang sengaja kubelikan dan akan kuberikan pada Hana
masih tersimpan rapi di kulkas.
Menjalani
hari tanpamu,
sama
seperti menitih luka
dalam
canda
GetWellSoon
sayang:*
Tulisku demikiam diakun Instagram
yang kusertakan foto ku bersama Hana saat les Matematika tiap akhir pekan 2
tahun lalu ketika kami masih SMP. Aku mencemaskan Hana. sakit Hana tak kunjung
sembuh, padahal hanya tifus.
Ih, alay deh :p
Komentar Hana pada foto yang ku
unggah tadi. Hana memang begitu, terkadang hal seperti ini ia bercandakan,
namun diam-diam ia resapi. Tapi memang, banyak teman yang sudah memberi gelar ‘Ratu Drama’ padaku. Aku senang sekali
bercanda dengan drama-drama puitis dan memperagakannya dengan gaya alay. Menurutku itu bisa mencairkan
suasana.
Sudah seminggu ini Hana tak juga
sembuh. Yang ku dengar kini Hana baru saja mau diopname. Beberapa hari yang
lalu Hana bersikeras untuk tidak diopname. Mungkin ia berfikir jika opname, ia tak kan bisa update
tentang boyband korea faovoritnya. Dasar
Hana, masih saja memikirkan Baekhyun dan Oh Sehun, haha.
“Guys, gimana kalo hari kamis
kita jenguk Hana?” Seru Reza didepan kelas. Saat ini hari senin, itu berarti
harus menunggu 2 hari lagi untuk menjenguk Hana, bukankah itu terlalu lama.
“Besok aja gimana?”
“Besok kan pulang sore, emang pada
ngga capek?”
“Tapi masa satu kelas? Perwakilan
aja”
“Iya. Gue juga nggabisa, ada acara
keluarga”
Komentar anak-anak kelas. Diantara
mereka banyak sekali yang takbisa ikut. Kemungkinan besar mereka malas, dan
sebagian kecil memang sepertinya ada acara keluarga.
“Yaudah perwakilan aja ya. Gue ikut,
siapa lagi yang mau ikut?” Seru ku. Tidak ada yang menjawab. Dasar kalian semua pemalas.
”Ka, lu kan ketua. Jadi lu juga
harus mewakili” Seru ku menambahkan.
“Kok gue?”
“Lo kan ketua, Raka!” bentak ku
kesal karena dari mereka tidak ada yang
mau berangkat mewakili kelas.
“Iya deh iyaa, biasa aja dong!”
“Rangga ikut ya?”
“Hah?” Ujar Rangga kaget. Sedari
tadi ia asyik bermain handphone seorang diri. Dan yang lain pun juga sedang
sibuk dengan urusannya masing-masing.
“Lu juga ikutan jenguk gih. Gue ngga
bisa nih!” Kata Raka tetap memaksa tak bisa ikut.
“Lu juga ikut dodol!” Sahut ku,
memaksa Raka agar tetap ikut.
“Lu berdua aja deh, plis!” Seru Raka
memohon.
“Heh, pala lu! Yakali gue berdua
doang sama Ray. Ntar Hana bukan malah sembuh, tapi malah sakit, lu yang
nanggung!” Sahut Rangga yang juga kesal dengan Raka.
“Tau! Dasar!”
“Ih, yaudah deh gue ikutan! Rempong
deh lu pada!” Raka menyerah. Mengomel dengan muka kesal nya.
“Haha, berempat dong. Masa gue cewek
sendiri. Apa kata dunia, melihat gue jalan bersama dua orang cowok yang ngga
ada keren-kerennya”
“Huh! Sok cantik lu! Mel, ikut ye.
Mau ngga mau harus ikut!”
“Kan, gue pula yang kena akhirnya.
Padahal gue sengaja diam dari tadi, uh!”
“Ayolah Mel, lu kan cantik!”
“Ah, dasar lu Ray muji kalo ada mau
nya doang!”
“Yaudah, udah Melly ikut ya? Nah,
gini aja lama bet dah dari tadi”
Rasanya tidak sabar menunggu hari
kamis. Aku ingin segera bertemu dengan nya, aku ingin menyubit pipinya yang besar,
aku ingin membuatnya iri akan drama korea favoritnya yang baru saja rilis dan
sudah ku tonton hingga episode terakhir agar dia punya motivasi untuk cepat
sembuh. Yah walaupun motivasi nya menonton drama korea yang dibintangi Baekhyun
EXO tersebut.
“Kelas X MIA 2, masuk kelas semua!
Cepat!” Hari kamis sudah tiba. Saat istirahat, Pak Ali dengan tiba-tiba
menyuruh kami masuk kelas. Sepertinya ada pengumuman yang ingin disampaikan.
“Ada apa pak?” Tanya Aldi diambang pintu.
“Udah duduk dulu semua. Jangan Rame,
tolong tenang. Ini ada pengumuman” Seru pak Ali
“Ada pesan dari Mama nya Hana
Alfiana, beliau minta do’a nya buat Hana yang lagi sakit. Katanya, tifusnya
sudah menjalar sampai ke otak”
DEG! Menjalar ke otak? Tuhan? Mengapa sebegini parahnya? Apa yang sebenarnya
terjadi? Hati ku mencelos. Selain dari Pak Ali, aku juga mendapat kabar
dari Rizqi saudara Hana yang juga seorang temanku saat SD, Hana terserang
Radang Selaput Otak dan tidak sadarkan diri selama dua hari.
Saat itu, tak tau mengapa hati ku
begitu perih. Aku serasa ingin lari dan berteriak semampu ku. Aku ingin
menangis sejadi-jadinya. Namun, aku sadar, ini adalah kelas. Pun Masih ada Pak
Ali, aku tak mungkin menangis disini. Ini terlalu perih, saat itu juga sebutir
air lepas dari pelupuk mataku. Cepat-cepat ku hapus, aku tak ingin terlihat
rapuh.
“Ayo, silahkan dipimpin alfatihah
nya” Seru Pak Ali.
“Loh, ya bapaknya dong yang mimpin
do’a, masa kita?”
“Sudah ayo dipimpin siapapun, saya
kan guru Kabudayaan” Ujar Pak Ali bercanda. Semua teman dikelas tertawa,
sedangkan aku untuk tersenyum saja sulit.
Hari itu, kami batal pergi menjenguk
Hana di rumah sakit, karena Hana masuk HCU dan tidak bisa di jenguk. Kami
sepakat akan menjenguknya pada hari Sabtu. Aku berharap Hana cepat sadar dan
sembuh. Aku begitu rindu padanya.
Malam itu aku mencoba mencari
informasi tentang keadaan Hana pada adiknya, Raja. Raja bilang, Hana sudah
sadarkan diri dan itu membuat kekhawatiranku sedikit berkurang. Aku senang, itu
berarti hari Sabtu kami akan benar-benar bisa menjenguk Hana dirumah sakit.
Jum’at pagi telah tiba. Saat bangun
perasaan tidak enak muncul. Badanku serasa begitu pegal, bahkan sepertinya aku
kekurangan waktu istirahat. Aku merasa demam dan pusing. Badanku serasa lemah.
Hingga malam pun masih sama. Aku tak
banyak bangkit dari ranjang kamar tidur. Aku hanya tidur, bermain handphone dan
mendengar music. Kepala ku benar-benar sakit, aku berfikir akan keadaan Hana.
Apa karena terlalu stres, hingga aku sepertinya juga ikut sakit.
Mataku terasa berat. Aku ingin
tidur, ingin istirahat dan terbangun dikeesokan hari dengan keadaan segar, agar
saat menjenguk Hana aku tak terlihat kelelahan. Tapi perasaan tidak enak
mengusik tidur ku. Aku terbangun ditengah malam.
Aku ingin bangkit. Namun, kepala ku
terlalu berat dan sakit hingga untuk bergerak pun begitu menyiksa. Kenapa
dengan diriku ini, aku tak pernah merasa begitu lelah hingga seperti ini.
Padahal yang kuingat, akhir-akhir ini aku tak begitu banyak melakukan kegiatan.
Aku memaksa diriku untuk kembali
tertidur. Tapi percuma, ada perasaan yang menyuruhku untuk tetap membuka mata.
Hati ku benar-benar berkata untuk ku agar tetap bangun. Namun raga ku begitu
lemah dan berat.
“Ray, ayo ikut gue?” Seorang gadis
masuk ke dalam kamar ku.
“Loh? Hana? Kok lo ada disini?
Bukannya dirumah sakit?”
“Dih, kudet lu. Orang gue udah
sembuh. Barusan gue pulang terus langsung kesini deh. Jalan-jalan yuk!” Ajak
Hana meraih tanganku
“Loh, ini kan jam 2 pagi. Emang lo
boleh main jam segini? Baru pulang dari rumah sakit lagi? Kesini sama siapa
tadi?” Tanya ku panjang lebar karena aku bingung mengapa Hana tiba-tiba masuk
kamar dijam segini.
“Kan tadi waktu pulang gue lewat
rumah lo Ray! Jadi ya sekalian mampir. Udah ah jan banyak tanya, jogging aja
yuk, keburu maghrib nih!”
“Eh, maghrib masih lama keles!
Yaudah sono keluar dulu, gue mau ganti baju” Seketika saat melihat Hana datang
tak tahu kenapa rasa lelah dalam diriku menghilang sejenak. Aku sungguh senang Hana datang walau di jam
segini. Itu berarti Hana sudah sembuh.
Pagi itu kami jogging di taman
komplek. Kami bersenang-senang walau masih gelap. Kami menghabiskan waktu untuk
bercanda dan sesekali menjahili satu sama lain, mungkin untuk yang satu itu tak
kan pernah bisa hilang dari diri kami.
Semakin lama, cahaya pagi mulai
menerpa. Terlihat sunrise begitu indah di ujung danau taman ini. Kami terbaring
diatas rumput berembun, terasa dingin namun menyejukkan.
“Ray!” Seru Hana memanggil.
“Apa?” Respon ku dengan tetap
memandang langit.
“Ray, gue habis ini pulang aja ya.
Gue lelah, ngga tahan sama semua nya” Ujar Hana lirih. Bahkan jika dibandingkan
dengan kicauan burung, suara Hana terkalahkan.
“Pulang? Nunggu sejam lagi aja lah.
Gue masih pen lihat sunrise nih!”
“Iya, tapi bukan pulang kerumah”
Tubuhnya bangkit dan terduduk dengan tegap disampingku.
“Lah, terus pulang kemana dong?”
Ujarku bingung dan ikut terduduk.
Hana menghembuskan nafas panjang,
menoleh sejenak padaku sebelum akhirnya mengangkat telunjuk dan mengarahkan ke
suatu tempat.
“Disana”
"Ha?"
BERSAMBUNG
Lanjut di part 3 yeth, Thankie yang udah baca:*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar