Minggu, 22 Januari 2017

(CERBUNG) Story About A, part 5

Story About A, Part5

             “Anna! Alifia! Lo berdua ngapain sih? Plis deh, jan cuma karena cowok kalian jadi debat serius kek gini! Emang seharusnya itu nggak ada nama nya cinta diantara kita berlima! Kita itu sahabat, dan selama nya akan menjadi sahabat! Nggak lebih dan nggak kurang. Kalo emang udah takdir cinta, pasti nggak bakal serumit ini!” Bentak Anisa yang sudah tak kuat dengan seruan Alifia dan Anna yang terus saja berdebat soal cinta dan perasaan.
            “Kalo emang Alfa suka sama lo, dia pasti bakal perjuangin lo dan nggak jalan sama cewek lain, Alifia! Dan lo Anna, kalo perasaan lo selama ini tersiksa, yaudah lepas Afnan. Coba sedikit-demi sedikit lupain cinta lo sama dia. Lo tau Afnan orangnya kek gimana. Lo harus bisa—“
            CEKLEK!
            “Ada apa ini teriak-teriak?” Anna, Alifia dan Anisa menoleh pada sosok itu yang membuat mereka terkejut setengah mati. Anisa bangkit dari duduk nya lalu menghampiri Afnan dan Alfa yang berada diambang pintu.
            “Gue mau—“ Ujar Alfa tertahan karena sebelum benar-benar berbicara Anisa mendorong Alfa dan Afnan keluar dan menutup pintu dengan keras. Anisa kali ini memang benar-benar kesal.
            Setelah insiden demikian, kamar yang tadi riuh kini sepi. Mereka bertiga tidak tidur, tidak pula saling berbicara. Hanya diam ditempat masing-masing. Alifia sibuk dengan ponsel nya diatas kasur, Anna terduduk diam didepan meja rias sambil membuka-buka majalah, sementara Anisa duduk disofa kamar sambil menatap serius laptop nya.
            Hingga pagi pun semua tak kunjung kembali normal. Afnan dan Alfa, para lelaki yang tidak tau apa-apa hanya bisa ikut diam dan mengobrol berdua saja tanpa ditemani para gadis. Anna dan Anisa yang biasa membuat riuh hanya bisa bertatap tanpa kata, juga Alifia yang tak kunjung membuka suara.
            Maka dimulai sejak pagi itu, tak pernah ada lagi obrolan dan candaan diantara mereka. Pun belum terungkap kebenaran tentang hubungan Alfa dengan Sinta. Dan sehari setelah itu, mungkin karena terlalu lelah mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing dan mempersiapkan diri untuk kuliah.
            Singkat cerita, mereka kini tengah memasuki kampus yang berbeda. Tugas yang banyak membuat mereka sibuk hingga tak pernah ada waktu untuk berkumpul kembali. Bahkan untuk sekedar menghubungi satu sama lain saja begitu sulit.
            ‘Liburan semester nanti harus bisa jalan bareng ya!’ Tulis Anisa disebuah grup whatsapp yang sudah mereka buat sejak SMA dan terbengkalai semenjak prom night berakhir. Dan karena pesan yang dikirim Anisa tersebut, obrolan mereka mulai mengalir dengan santai kembali. Candaan kini sudah mulai menghampiri. Namun, tetap saja entah apa sebabnya obrolan mereka terlihat begitu berbeda.
            “Anna!” Seru seorang gadis dari kejauhan. Mungkin karena terlalu jauh Anna tak dapat melihat dengan jelas wajah itu. Seorang gadis dengan rambut panjang dan dress biru pendek juga tas orange yang tergantung indah dipundaknya.
            “Alifia?” Ujar Anna pelan karena tidak yakin dengan dugaan nya bahwa gadis itu adalah Alifia.
            “Hei! Ini gue!” Seru gadis itu lagi mendekat sambil sedikit berlari.
            “ALIFIA!” Teriak Anna karena kini ia sudah dapat melihat wajah gadis itu dengan jelas. Mereka sama-sama berlari menghampiri lalu memeluk satu sama lain.
            “Yaampun gue kangen banget!”
            “Gue juga! Lo dari tadi gue panggil ngga ngeh ih!”
            “Yee lu kan tau mata gue rada minus.” Ucap Anna sambil melepas pelukan hangat Aliifa.
            “Makanya tuh kacamata dipake, jan dibawa mulu!”
            “Iya deh iyaa. Hm, jadi gimana?”
            “Ya gini deh, lo bisa lihat lah ya.” Jawab Alifia. Mereka akhirnya duduk disebuah bangku taman sore itu. Mereka mulai saling bercerita tentang pengalaman baru dikampus yang mereka tempati.
            “Ini foto nya. Nama nya Andre. Dia tinggi banget, wajahnya juga lumayan sih.” Ujar Alifia memperlihatkan sebuah foto di handphone nya. Ia baru saja menceritakan soal orangtua nya yang memperkenalkan ia dengan anak teman SMA orangtua Alifia dulu. Di foto itu terlihat seorang lelaki tinggi dengan rambut hitamnya sedang memegang seekor kucing abu-abu milik Alifia.
            “Jadi, ceritanya lo dijodohin? Ah, gue ngga setuju. Mending sama si Alfa aja!”
            “Enggak, nggak tau maksudnya. Lagian gue juga nggak suka, ih. Mama gue ngebebasin gue buat milih cowok kok. Gue juga nggak mungkin lepas Alfa gitu aja. Lo kan tau gue udah punya perasaan sama dia sejak SD.” Jelas Alifia.
            “Iya juga sih.” Ujar Anna mengangguk karena ia tau, seberapapun Alifia dipaksa ia akan tetap memilih satu hati, Alfa.
            “Terus gimana hubungan lo sama Alfa sekarang? Udah baikan? Trus Alfa sama Sinta gimana?”
            “Udah baikan sih. Alfa ngirimin gue pesan WA gitu trus jelasin tentang hubungan nya sama Sinta. Katanya Sinta itu saudara nya, anak dari adik ibunya.”
            “Ini, lo baca aja chattingan gue sama dia. Kesan nya kek gimana gitu.” Lanjut Alifia lagi-lagi mempelihatkan sesuatu di handphone nya pada Anna.
            “Kok kayak orang PDKT ya? Oh iya! Dia kan emang punya perasaan sama lo dari dulu. Wah, udah mulai terbuka nih si Alfa, Kenapa lo nggak jujur aja kalo lo juga punya perasaan sama dia?” Seru Anna menyadari sesuatu.Mungkin karena kesibukannya ia sampai melupakan tentang cinta Alfa dan Alifia yang ternyata saling terbalaskan.
            “Ya kali, An. Kalo nyatain perasaan segampang lo balikin tangan sih udah gue nyatain dari dulu. Toh, gue cewek. Mana mungkin gue yang duluan nyatain cinta.” Ujar Alifia.
            “Bener juga sih. Lagian si Alfa kagak peka-peka ih sama lo. Sebel gue jadinya.”
            “Kan lu yang bilang sendiri, akan ada waktu dimana semua yang kita rasakan terungkap dengan atau tanpa sendirinya.”
            “Ah, bener juga sih.”
            Hari mulai beranjak malam, membuat semua sinar asri bumi hilang dan tergantikan dengan sinar dari bola-bola bulat beraliran listrik disetiap rumah. Anna telah berada dirumah setelah beberapa jam lalu berjumpa dengan Alifia disebuah taman dekat kampusnya. Ia bahagia karena dapat bertemu lagi setelah sekian minggu dan bulan ia jalani bersama teman-teman baru nya yang memiliki sifat sangat berbeda dengan sahabatnya itu.
            Satu bulan berlalu. Setelah beberapa minggu lalu Anna dan Alifia bertemu, mereka langsung memutuskan untuk pergi kerumah Anisa di keesokan harinya. Berkat kunjungan itu, muncul rencana untuk berkumpul berlima yang dijadwalkan pada pagi ini.
            Ditaman tempat mereka berkumpul kini tengah berdiri seorang Anna, Anisa dan Alifia dipinggiran danau. Mereka bertiga menunggu kedatangan Alfa dan Afnan.
            “Hai! Maaf ya telat!” Seru Alfa menghampiri. Ia terlihat lelah karena baru saja berrlari demi tak mendapat ocehan dari Anna, Anisa dan Alifia karena ia telat setengah jam.
            “Huh, dasar! Capek tau nunggu, Afnan mana?” Sewot Anisa.
            “Masih dibelakang noh. Tadi gue tinggalin waktu diparkiran.”
            Setelah beberapa saat akhirnya Afnan datang dan membawakan mereka minuman dan makanan ringan. Mereka menggelar kain tipis dipinggiran danau dan duduk diujungnya. Bahagia, itulah yang dirasa. Sekian lama tidak bertemu dan bercanda akhirnya dapat melakukan nya lagi walau hanya dalam waktu singkat.
            “Alifia ganti yang cerita, gih! Daritadi kita mulu deh yang ngobrol.” Ujar Afnan, karena dari tadi entah Alifia atau Alfa hanya diam tak berbicara. Namun, Alfa masih bisa tertawa dan menanggapi candaan yang lain, tidak dengan Alifia yang hanya diam dan terseyum simpul menanggapi Anna, Anisa dan Afnan.
            “Hm? Cerita apa? Gue nggak punya hal menarik yang bisa diceritain.”
            “Mungkin cerita tentang Andr—“
            “Sst, cuma lo yang tau, yang lain jan sampe ikutan tau deh!” Bisik Alifia pada Anna yang baru saja ingin mengatakan nama Andre didepan mereka.
            “Bisik-bisik apa hayo!” Seru Anisa dan Afnan bersama.
            “Nggak kok. Udah jam segini nih. Kalian nggak pada dicariin bokap nyokap apa?” Ujar Alifia mencari bahasan lain.
            “Iya juga, ih. Udah jam segini, pulang aja yuk!” Timpal Alfa menambah karena mungkin ia juga mulai risih dengan keadaan.
            “Yailah guys, baru juga beberapa jam kita kumpul masa sekarang pada mau pulang? Jarang-jarang lo bisa kumpul kayak gini. Sekarang udah susah ngatur jadwal bareng lagi.” Seru Anisa yang mendapat anggukan dari Anna dan Afnan.
            “Kan bentar lagi liburan semester. Kita bisa jalan bareng kan, lebih lama lagi!” Seru Alifia. Beberapa detik selanjutnya mereka setuju untuk pulang dan berkumpul lagi diliburan semester minggu depan.

BERSAMBUNG
Terimakasih yang udah baca^^