Story About A
Part 8
“Kenapa
pada pulang?” Seru Alifia disebuah video call yang dilakukan Anna dan Anisa
pagi ini disebuah kafe.
“Maaf ya, bukan apa-apa. Tapi
kemarin kita buru-buru banget karena tiba-tiba Anna sama Alfa dipanggil dosen
pembimbing mereka, dan alhasil kita langsung pulang berempat tanpa nunggu lo.
Maaf ya!” Jawab Anisa memberi alasan yang masuk akal agar Alifia percaya
mengapa mereka pulang dahulu tanpa mengemasi barang-barang di villa dan pamit
pada Alifia.
Sejujurnya yang terjadi kemarin pagi
adalah, Alfa dengan tiba-tiba saja tidak sadar kan diri dipunggung Afnan saat
ia sedang bersandar. Mereka khawatir akan apa yang dialami Alfa dan langsung
saja tanpa menunggu persetujuan, mereka membawa Alfa kembali dan memanggilkan
dokter kerumahnya.
Saat itu, Afnan sengaja tidak pulang
demi menunggu Alfa siuman. Sedari awal, ia lah yang paling resah diantara
mereka. Dan mereka pun sengaja tidak memberitahu Alifia, agar ia tak ikut
khawatir.
# # #
“Hellaw!!!” Seru Anna dan Anisa
bersama-sama. Mereka sedang berada di rumah Alfa dan mendapati Alfa juga Afnan
yang asyik bermain game diruang tengah.
“Lah kalian? Tumbenan kesini!”
“Kagak boleh nih? Yah, Anisa kita
diusir. Balik yok!” Seru Anna sambil menarik paksa tangan Anisa.
“Haha, canda ih!”
“Ini nih, mau nganterin bawaan
kalian waktu di villa.”
“Wahh makasih! Baik deh!” Seru Afnan
mengambil tas nya.
“Dari dulu keles!” Seru Anna juga
Anisa dengan volume suara mereka yang mengalahkan suara 8 oktaf milik Agnez Mo.
“Oh, iya Alfa! Gimana keadaan lu?
Udah baikan?”
“Nah, lu bisa lihat gue sekarang gimana!”
“Cemen bet dah lu, Al! Baru
ditinggal Alifia pergi aja udah kagak sadaran 24 jam! Cowok macam apa lu!”
Ledek Anna merebut stick game yang sedang digunakan Afnan.
“Hei, stick game gue!” Protes Afnan
merebut kembali stick nya.
“Gue pengen main!”
“Ngga mau, gue belum selesai!”
“Bentaran, ah! Afnan!”
“Ih!!!”
Dan akhirnya Afnan juga Anna pun
berebut stick untuk bermain game. Sedang Alfa dan Anisa hanya bisa melihat
tanpa bisa menghentikan nya. Mereka tertawa karena Anna dan Afnan ingin memakai
stick yang sama padahal stick milik Alfa sedang tidak digunakan.
Sementara mereka ribut dengan stick
game nya. Anisa asyik dengan ponsel dan cemilan di hadapan nya. Ia duduk di
sofa disamping Alfa.
“Anisa! Gue kangen deh kayak dulu
lagi.” Ujar Alfa. Ia mulai bercerita akan dirinya yang entah bagaimana perasaan
nya terasa tersiksa saat mendapati Alifia pergi bersama seorang lelaki saat
mereka sedang membeli ice cream kemarin.
“Kangen bareng sama Alifia lagi
maksudnya? Udahlah, Al. Lagian cowok yang bareng Alifia kemarin itu ngga ada
hubungan special kok sama Alifia.”
“Lu tau dari mana soal itu? Bahkan
lu aja belum tau siapa cowok yang gue maksud.”
“Gue kenal kok sama cowok itu. Dia—“
“AARRGH!!! AFNAN CURANG!” Teriak
Anna membuat Anisa menghentikan bicara nya. Anna lagi-lagi berdebat soal game
dengan Afnan.
“Enggak, ih! Lu aja yang emang
kalah! Wlee..” Seru Afnan menjulurkan lidahnya.
“Lu yang curang, Afnan! Pokoknya gue
yang menang di game ini!”
“Hih, kagak bisa dong! Sekali gue
yang menang ya tetap gue!”
“Enggak! Lu curang!!!”
“POKOKNYA LU YANG KALAH, ANNA!!!”
“ENGGAK!!!”
# # #
Singkat cerita, semenjak hari itu,
Alfa merasa tubuhnya lemah dan tak kuasa menahan sakit dikepalanya. Alhasil,
kini Alfa hanya bisa terbaring disebuah kasur rumah sakit ditemani keempat
sahabatnya itu.
“Gengs, kalian kalo capek pulang
aja. Gue disini udah ada yang nemenin kok.” Ujar Alfa. Keempat sahabatnya itu,
sudah sejak pagi bertengger di samping ranjang Alfa. Sedangkan Alfa baru dua
jam ini siuman.
“Yaudah, Al. Kita pulang dulu ya!
Besok kita kesini lagi kok. Lu jan lupa minum obat!” Seru Afnan. Mereka melihat
kegelisahan pada mata Alifia. Maka dari itu mereka memutuskan untuk pergi dan
mencoba menenangkan hati Alifia.
Mereka keluar kamar dan saat itu pula
Alifia dengan tanpa ragu memeluk Anna dan Anisa lalu menangis sejadi-jadinya.
Mereka menuntun Alifia pergi ke taman, khawatir Alfa mendengar tangisan Alifia.
“Lu semua jahat! Kenapa sembunyiin
keadaan Alfa sama gue? Kenapa cuma gue disini yang baru tau tentang Alfa?
Kenapa kalian tega giniin gue?” Tangis Alifia lagi-lagi pecah. Anna, Anisa dan
Afnan membiarkan Alifia mengeluarkan kegelisahannya. Mereka mengakui kesalahan
mereka karena baru memberitahu Alifia soal keadaan Alfa.
“Kita minta maaf soal itu. Kita cuma
ngga mau bikin lo khawatir. Dan Alfa juga yang kemarin bilang ke gue soal lu
yang ngga perlu tau.” Seru Afnan mencoba menjelaskan.
“Kenapa Alfa lakuin itu? Kenapa dia
ngga mau gue tau keadaan dia? Dia bilang kita sahabat, tapi—“
“Karena dia sayang sama lo, Alifia!
Lo harusnya ngerti itu! Dia ngga mau bikin lo khawatir. Dia tau lo lagi deket
sama cowok lain, maka dari itu dia ngga mau ganggu lo. Dia ngga mau ngusik
kebahagiaan lo! Selama ini, dia rela sakit demi lo. Dia mau lakuin hal yang
ngga dia suka demi lo! Dia rela ngapain aja demi lo, Alifia! Tapi lo? Lo malah
pergi dan tinggalin dia!”
“Cowok itu bukan siapa-siapa gue!
Dia sekedar kenalan gue. Kalo Alfa pernah lihat gue dapet bunga dari dia. Itu
bukan apa-apa. Dia cuma ngasih itu karena dia tau gue suka bunga.”
“Eh diem! Gue dapet telfon dari mama
nya Alfa!” Seru Anna membuat mereka diam.
“Wa’alaikumsalam,
ma.”
“.....”
“Ha? Iya ma. Anna sama temen-temen
mau kesana.”
"....."
BERSAMBUNG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar