Rabu, 28 Desember 2016

(CERBUNG) Story About A, Part 3



 Story About A
Part 3


            2 tahun berlalu.
             Persahabatan yang telah dibangun entah mengapa kini hanya menjadi sebuah sampah yang patut dibuang dan dilupakan. Satu setengah tahun lalu terbentuk sebuah geng dengan anggota Alfa, Alifia, Afnan, Anna dan Anisa –teman sebangku Anna dikelas-. Namun, entah setelah kejadian Afnan menembak Alifia di depan umun, persahabatan itu kini semakin lama semakin dilupakan
            Alfa sengaja menjauhi Alifia demi Afnan. Anna sengaja menjauhi Afnan pula demi Alifia. Semua kini menjadi rumit. Seakan tak kan pernah ada lagi canda dan tawa yang hadir menemani mereka. Hanya hasrat cinta dan pengorbanan yang tak kunjung terungkap kebenaran nya, dan sebuah harapan untuk bersatu yang tak mungkin dapat tercapai dengan mudah.
            Semua berlangsung cukup lama dan tak ada satu kemajuan pun untuk mengembalikan keadaan semula. Jarak kini semakin jauh memisahkan mereka. Hingga sapa pun tak pernah terucap lagi walau hanya satu kata.
            Dddrrrrrtr.. (WhatsApp Mesengger)
            “Malem, An” Sapaan itu, walau hanya berupa tulisan mampu membuat hati Anna kembali mencelos merasakan rasa kecewa yang begitu mendalam padanya.
            “Iya?” Balas Anna singkat
            “Beberapa bulan ini, gue ngerasa ada yang beda sama lo? Kenapa ngga pernah nge-chat gue? Ngga pernah nyapa dan main sama gue lagi!” –Afnan-
            “Beda? Nggak kok, gue biasa aja. Gue masih sama kek Anna yang lo kenal dulu” –Anna-
            “Tapi, gue ngerasa jarak diantara kita semakin lebar. Gue takut nggak akan bisa temenan sama lo lagi. Kalo gue punya salah yang ngga gue sadari, lo ngomong aja. Biar gue bisa memperbaiki diri gue” –Afnan-
            Tulisan terakhir dari Afnan tersebut membuat Anna ingin membanting handphone nya. Ia begitu ingin melepas Afnan untuk Alifia, namun sulit. Karena mungkin hati nya sudah terikat pada Afnan. Anna juga ingin sekali lagi mengulang masa-masa bahagia nya bersama Afnan.
            Malam itu, Anna langsung tertidur tanpa membalas pesan dari Afnan. Ia berharap dapat bangun dengan segar tanpa seorang pun tau bahwa ia baru saja menitikkan berbutir-butir air dari mata nya.
            “Hei, Anna!” Seru Alifia berlari menghampiri Anna. Pagi itu, Anna sedang jogging seorang diri. Ia merasa kekurangan semangat hari itu. 
            “Iya?”
            “Ada yang  mau gue omongin sama lo. Maafin gue ya” Ujar Alifia saat langkah lari mereka telah sejajar.
            “Maaf untuk?”
            “Semua nya. Gue ngerasa persahabatan kita jadi rusak hanya karena gue.”
            “Nggak kok, bukan karena lo.”
            “Tapi, An, gue ngerasa sejak kejadian Afnan nembak gue kita udah jarang bareng lagi. Gue tau mungkin diantara kalian ada yang kecewa akan hal itu.” Langkah mereka terhenti. Anna dan Alifia duduk di kursi taman yang kosong pagi itu.
            “Nggak ih, mungkin emang karena sibuk sama tugas masing-masing, jadi nya kita jarang bareng lagi.” Ujar Anna menutupi segala kekecewaan nya.
            “Sebenernya gue mau jelasin sesuatu sama kalian. Tapi, kita nggak pernah ada waktu buat kumpul.”
            “Jelasin apa?”
            “Sebenernya gue sama Afnan nggak pacaran.”
            “ Nggak pacaran? Tapi waktu itu? Dia nembak lo, trus lo terima kan?” Tanya Anna yang mulai bingung dengan perkataan Alifia.
            “Nggak setelah gue tau lo punya perasaan sama dia. Lo suka sama dia kan, Anna?”
            “Ha? Nggak, gue biasa aja kok sama dia.” Tutup Anna berusaha agar hanya dia seorang yang tau akan perasaan nya pada Afnan.
            “Jujur, An. Gue udah tau semua nya. Gue juga ada alasan lain kenapa gue nolak dia.”
            “Gue, gue sejujurnya.. gue suka sama Alfa.” Lanjut Alifia, membuat Anna berhenti meneguk minuman botol nya.
            “Alfa? Sejak kapan? Gue ngga pernah tau ya?” Tanya Anna karena terkejut dengan pernyataan Alifia.
            “Bukan nya lo tau, An? Gue kayaknya pernah bilang sama lo deh!”
            “Gue nggak inget.”
            “Gue emang udah suka sama Alfa sejak SD. Gue sama Alfa dulu deket dan gue nyaman, tapi gue cuma mengartikan nyaman itu sebagai teman. Dan waktu di SMP, gue baru nyadar kalo yang gue rasain selama ini itu cinta.” Alifia menjelaskan dengan detail apa yang terjadi pada Anna.
            “Okeh kayaknya banyak kesalahfahaman diantara kita. Jadi kesimpulan nya, nggak ada satu pun diantara kita berlima yang punya hubungan special lebih dari sahabat, kan? Ampun! Maaf ya gue udah salah faham sampe harus jauhin lo”
            “Iya, gue juga minta maaf. Janji ya, sekarang nggak cinta-cintaan lagi”
            “Iya. Tapi, kayaknya Alfa juga suka sama lo deh!”
            “Anna! Jangan bikin gue baper deh! Udah ah, jangan ngomongin itu lagi!” Seru Alifia malu-malu kesal pada Anna. Mulai saat itu, persahabatan mereka berlima kembali lagi.
            Kini, bukan masalah cinta yang merisaukan mereka. Namun, ujian tryout dan ujian nasional yang tengah membuat kepala mereka hampir saja pecah. Mereka pun kini selalu belajar bersama di malam minggu. Walau minggu adalah hari bersantai, tapi tetap saja bagi mereka malam minggu lebih baik digunakan untuk belajar, satu hal yang pasti mendasari keinginan mereka adalah, jomblo.
            “Anna, Anisa. Lo berdua ngerasa aneh nggak sih sama Alfa akhir-akhir ini?’ Ujar Alifia. Anna, Anisa dan Alifia sedang menunggu kedatangan Afnan dan Alfa disebuah taman.
            “Aneh apa nya?” Tanya Anna yang masih saja sibuk dengan Handphone nya. Sedang Anisa hanya mendengarkan.
            “Gue kemaren denger ada yang bilang katanya Alfa jalan berdua gitu sama cewek.”
            “Oh, jadi lu cemburu ye? Bilang aja keles.” Timpal Anisa.
            “Nggak, ah. Ngapain gue cemburu, orang bukan siapa-siapa gue.”
            “Jujur aja deh. Kita kan temen, boleh kali tau segalanya.”
            “Gue nggak cemburu, cuma kecewa dikit.”
            “Tuh, kan, sabar ya Alifia sayang. Masih ada kita kok. Peluk sini peluk, uuhhh.”   Mereka bertiga berpelukan ala teletubis, lucu. Namun menenangkan.
            Tak seberapa lama akhirnya Alfa dan Afnan datang. Seperti biasa kedatangan mereka selalu membuat kerusuhan. Tak seperti biasa pula, kerusuhan tak berlangsung lama karena mereka harus belajar untuk menghadapi try out dihari esok. Mereka harus mempersiapkan segala nya agar semua menjadi mudah.
            Hari berganti hari. Semua kini menjadi normal semenjak kejujuan Alifia pada Anna beberapa minggu yang lalu. Mereka berlima pun kini tak ada yang menyinggung tentang hubungan Alifia dan Afnan sebelum nya. Alfa bahagia, begitupun dengan Anna. Dan juga Anisa.
            Try out terakhir sebelum ujian nasional dimulai. Ruang ujian mereka tengah di acak. Hanya Anna dan Anisa yang mendapat satu kelas yang sama. Sedang Alfa, Alifia dan Afnan menempati kelas yang berbeda.
            “Guys, kek nya gue jatuh cinta lagi deh.” Seru Afnan memecah keheningan di taman sekolah setelah try out untuk hari pertama selesai.
            “Ha? Jatuh cinta? Sama siapa?”
            “Rachma, anak MIA 2.”
            “Lah, itu kan temen sekelas gue. Kok lu bisa kenal?” Seru Alifia terkejut, karena bagaimana pun juga Rachma adalah seorang gadis kutu buku yang susah sekali dekat dengan orang yang tidak dikenal nya.
            “Ruang ujian nya sekelas sama gue. Bagi pin nya dong, lo kan temen nya.” Pinta Afnan memohon pada Alifia.
            “Ogah, minta aja lu sendiri.”
            “Temen macam ape lu, dasar!” Seru Afnan sambil menjulurkan lidah nya. Alifia dan yang lain hanya bisa tertawa cekikikan. Afnan memang seorang yang gampang jatuh cinta meski hanya dalam satu kali pandang.
            Try out dalam beberapa hari akhirnya selesai. Namun, mereka berlima –Alfa, Alifia, Afnan, Anna dan Anisa- tak dapat setenang yang lainnya. Karena dengan berakhirnya try out kali ini, ujian nasional semakin dekat. Resah, namun tak seperti Afnan yang kini malah bahagia karena sudah mendapat kontak dari Rachma dan mulai mendekati nya.
            Anna sedikit kecewa -lagi-. Setelah Alifia teman nya sendiri, kini teman Alifia tengah didekati Afnan. Anna sedikit demi sedikit mencoba melupakan perasaan nya. Karena bagaimanapun juga, sebesar apapun pengorbanan dan perhatian yang di berikan Anna, Afnan tak akan pernah berpaling mendekatinya. Anna berfikir, Afnan memang benar-benar hanya menganggapnya sebagai sahabat.
            “Gimana hubungan lo sama temen gue, Rachma?”
            “Emh, yagitu deh. Keknya dia udah mulai suka sama gue. Tinggal sedikit lagi, pasti gue berhasil jadian sama dia.” Seru Afnan, masih sibuk dengan ponsel nya.
            “Yakin lu diterima? Nggak trauma udah di tolak temen sendiri.” Timpal Anisa membuat mereka semua tertawa terbahak tanpa henti, mengingat cinta nya yang ditolak mentah-mentah oleh Alifia beberapa bulan yang lalu.
            “Anna!” Seru Alifia dan Anisa bersama kala tawa mereka mulai mereda.
            “Apa?” Tanya Anna yang masih saja ingin tertawa melihat ekspresi Afnan kala itu. Afnan kesal, namun wajahnya lucu seperti anak kecil yang baru saja terkena cubitan ibu nya.
            “Nggak kok. Haha” Jawab Anisa. Anna sebenarnya tau apa yang dimaksud Anisa dan Alifia saat itu. Namun, ia tak mau terlalu menunjukkan rasa cemburu nya.
            “Nanti sore gue mau ngungkapin perasaan gue. Lu pada temenin ya, ditaman kompleks jam 4. Oke? Gue balik dulu yah, see you!”
            “Ekhem, para ciwi-ciwi kek nya pada nutupin sesuatu nih dari gue. Apa hayo!” Seru Alfa saat Afnan tengah pergi.
            “Apaan dah lu, ikutan aja. Udah sono lu balik juga. Ntar sore telat dibantai Afnan mampus lu!”
            Sore telah tiba. Anna, Alifia dan Anisa, tiga gadis yang dikenal selalu ceria itu pergi ke taman menepati janji nya untuk menemani Afnan yang ingin mengungkapkan perasaan nya pada Rachma. Alfa tengah berada di sana bersama Afnan. Sedang Rachma, belum terlihat sama sekali.
            Mereka menggelar sebuah kain tipis ditengah taman. Makanan dan minuman terletak diantaranya. Semua ini adalah ide dari Alfa untuk membantu Afnan mencari Alasan saat mengajak Rachma keluar. Setelah beberapa saat akhirnya Rachma datang.
            Afnan tak langsung mengungkapkan perasaan nya. Ia mula-mula memperkenalkan Alfa, Anna dan Anisa yang baru dilihatnya sore itu. Sebenarnya mereka sudah saling bertemu, namun tak mengenal satu sama lain. Mereka mengobrol kesana-kemari hingga jam dan menit pun berlalu begitu cepat.
            “Emh, Rachma, lu udah punya cowok?” Tanya Anisa berbasa-basi karena melihat Afnan yang tengah bersiap untuk mengungkapkan sesuatu pada nya.
            “Belum sih, gue belum punya cowok.” Jawab Rachma sambil sibuk mengutak-atik ponsel nya.
            “Beneran?” Tanya Afnan mempertegas. Dalam hati nya ia sangat bahagia. Tangan nya yang ia sembunyikan di belakang punggung kini pelan-pelan ia keluarkan sambil memegang setangkai bunga mawar berwarna pink.
            “Sebenernya, gue—“ Lanjut Afnan terhenti meneguhkan hati nya. Bersiap untuk mengatakan sesuatu.
            “Kalau boleh jujur, gue.. gue—“

BERSAMBUNG
Tunggu part selanjutnya yeth. Jan lupa follow ig: Musyafaahdewi dan twitter: MikiMizu_
Terimakasih^^

Sabtu, 24 Desember 2016

(CERBUNG) Story About A, Part 2

Story About A, part 2

            Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi. Anna dengan segera keluar kelas setelah guru benar-benar memberi izin untuk pulang. Sore ini Anna dan Alifia akan pergi jalan-jalan bersama beberapa teman SMP lainnya. Anna buru-buru keluar kelas agar tidak terkena macet dijalan dan tertinggal teman-temannya yang mungkin sudah berkumpul. Namun, saat dikoridor sekolah, sesuatu terjadi,
            BRUK!
            “Eh? Maaf ngga sengaja” Seru Anna ikut membantu membereskan beberapa buku yang terjatuh kelantai akibat ia bertabrakan dengan seorang.
            “Iya nggak apa, biar gue aja yang beresin” Seru laki-laki itu pula yang merasa tak enak karena ia berfikir bahwa ia lah yang menabraknya.
            “Anna?” Lanjut laki-laki itu saat tengah mengetahui siapa gerangan gadis yang berada didepanya.
            “Hah?” Seru Anna terkejut pula mengetahui siapa lelaki itu.
            “Hai, gimana kabarnya?”
            “Emh, baik kak. Kak Reza sendiri gimana?” Jawab Anna sedikit gugup. Ia teringat beberapa tahun lalu, ia sempat mengungkapkan sebuah perasaan kepada Reza. Yang dilakukan Anna itu semata-mata hanya karena kalah dalam permainan Truth or Daer. Namun diluar dugaan, Reza malah menanggapi nya dengan serius. Dan mulai saat itu, Reza terus mengejar Anna, dan dengan sekuat tenaga pun Anna berusaha menjauh karena ia tak mau mengecewakan Reza.
            “Baik juga, kamu sekolah disini? Kebetulan sekali, kakak juga baru kemarin pindah kesini”
            “Pindah? Emh, ee.. Kak, sebenernya dari dulu ada yang pengen aku jelasin sama Kak Reza”
            “Apa?” Raut muka bahagia Reza berubah menjadi raut penasaran. Perasaan nya berkata, Anna akan mengucapkan hal yang tak ia inginkan.
            “Soal waktu itu, waktu aku ngungkapin sesuatu sama kak Reza, sebenarnya—“
            “Oh, yang itu. Iya aku udah tahu kok, kamu melakukan itu cuma karena kalah main ToD, kan?” Ujar Reza memotong ucapan Anna, ia sebenarnya sudah tau tentang hal ini lama sebelum mereka bertemu saat ini. Namun, perasaan dalam diri Reza tak juga berubah untuk Anna, ia tetap akan mengejar Anna.
            “Kak Reza tau? Maaf ya kak, aku nggak bermaksud mainin perasaan Kak Reza” Anna terkejut akan Reza yang ternyata sudah tau tentang hal itu.
            “Iya, nggak apa. Lagian perasaan aku sama kamu masih sama kok”
            “Emh, maaf kak aku harus pergi” Anna buru-buru pergi sebelum Reza akan benar-benar memintanya untu menjalin hubungan lebih dari sekedar kakak dan adik kelas.
            “Kenapa? gara-gara kakak ngomong gitu ya? Maaf An, bukan maksud—“
            “Nggak kok kak, aku emang lagi ada janji sama temen-temen. Aku pergi dulu kak, see you” Ucap Anna dengan cepat memotong kata-kata Reza.
            Sore itu, bahkan Anna tidak tau harus bagaimana menyikapi sikap Reza yang terus saja mengejarnya. Apa ia tidak tau akan perasaan Anna yang telah lama mengagumi seorang yang selalu berada disampingnya, seorang yang tak pernah menyatakan cinta pada siapapun termasuk dirinya. Bahkan Anna tidak yakin apakah lelaki itu memiliki hati untuk mencintai seorang.
            Anna pergi dengan perasaan yang berkecamuk, antara senang dan sedih bertemu kembali dengan Reza. Seorang lelaki yang hampir saja menghancurkan persahabatannya dengan Afnan. Yah, Afnan, ia paling menentang Anna untuk bermain cinta dengan sembarang lelaki. Ia tak ingin Anna merasa sakit hati, pun mereka masih masa-masa masuk remaja. Usia mereka baru saja 16 tahun, artinya mereka masih labil dalam menyingkapi masalah. Afnan takut jika Anna nantinya akan terbawa dengan manisnya cinta dan menghiraukan pahitnya, yang mungkin akan melukai perasaan Anna dengan cepat.
            Malam telah tiba, Anna baru saja pulang setelah jalan-jalan bersama teman-temannya. Ia duduk diantara jendela kamar. Melihat suasana malam saat itu, begitu indah. Bintang bertaburan diatas sana. Ditambah bulan yang sepertinya tak juga lelah menyinari gelapnya bumi beberapa pekan ini.
            Anna teringat kembali akan sosok itu. Sosok yang selama ini mampu membiusnya untuk merasakan cinta yang selalu ditentang oleh sahabatnya, Afnan. Afnan yang bahkan tak pernah tau siapa sosok lelaki itu.
            Drrrtt.. (WhatsApp masuk)
            “An, sepertinya gue mulai menyukai seorang” Dan kenyataan nya, kini Afnan sendiri pun mulai memiliki perasaan terhadap seorang. Bahkan ia sendiri yang sudah melarang Anna untuk sembarang mengatakan cinta.
            Mulai malam itu, Afnan sering bercerita akan sosok yang dikaguminya pada Anna. Anna merasa bingung dalam hal ini. Karena ternyata sosok yang membuat perasaan Afnan tidak karuan, adalah Alifia. Alifia, yang selama ini tidak ia sadari tengah membuat dua hati saling mencintai nya dalam diam. Pun dua hati itu adalah Afnan dan Alfa yang sudah berteman lama.
            Alfa sendiri pun juga sering bercerita akan perasaan nya pada Anna. Anna memang seorang yang sangat tepat untuk bercerita. Anna selalu memberi solusi yang baik pada Afnan dan Alfa. Meski dalam kenyataan, Anna tak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri. Termasuk masalah hati nya, yang selama ini pun diam-diam menaruh hati pada Afnan, sahabatnya.
            Tentu rasa sesak yang begitu menyiksa dirasakan Anna. Ia tak pernah menyadari bahwa ternyata selama ini Afnan menyukai sahabatnya, Alifia. Sahabat yang menyukai sahabatnya sendiri. Afnan tidak tau bahwa selama ini Anna mengagumi nya, Anna selalu mengorbankan segala nya untuk Afnan. Namun, Afnan lebih memilih mengorbankan segala nya untuk Alifia.

BERSAMBUNG
Thanks yang udah baca, jan lupa follow ig: musyafaahdewi dan twitter: MikiMizu_ yah! Tunggu part selanjutnyaa^^

Rabu, 21 Desember 2016

(CERBUNG) Story About A, Part 1



Story About A

            “Dapat kelas apa?” Tanya seorang lelaki muda berbaju hitam putih khas siswa orientasi di sekolah baru.
            “X MIA 3” Jawab gadis itu yang baru saja melihat lembaran kertas bertuliskan nama-nama siswa baru yang tertempel di papan mading.
            “Loh, sama. Gue juga di kelas itu”
            “Wah, kita satu kelas lagi dong. Yaampun membosankan sekali!” Seru gadis tersebut cekikikan mengingat sewaktu SD dan SMP yang selalu satu kelas bersama lelaki didepannya itu.
            “Oh jadi gitu, ya? Lo nggak suka satu kelas sama gue? Okay jadi sekarang—“ Ujar lelaki itu berhenti dan dengan seketika tangan nya menyusup diantara pinggang gadis itu dan menggelitiki nya.
            “Af, berhenti! AAAKKHHH, geli!” Seru gadis itu berlari-lari kecil menghindari tangan jahil milik Afnan.
            “Hei Afnan, Anna, lo berdua lagi ngapain?”
            “Alifia! Tolongin gue!!” Anna berlari ke belakang Alifia untuk berlindung dari Afnan. Alifia adalah teman yang paling dekat dengan Anna. Mereka berteman sejak SMP bersama 9 orang lainnya yang membentuk satu geng. Namun, mereka bersebelas kini tengah terpisah karena keputusan memilih SMA yang berbeda.
            “Dasar! Kalian ini, sudah berteman lama masih saja suka bertengkar. Lo berdua dapat kelas apa? Gue di kelas X MIA 2”
            “X MIA 3. Yahh kita nggak sekelas dong?” Jawab Anna kecewa. Padahal ia ingin sekali satu kelas dengan Alifia.
            “X MIA 3? Alfa juga di kelas itu!”
            “Beneran? Yes! Sekelas sama Alfa! Gue masuk kelas duluan ya!” Seru Afnan sambil berlari kegirangan karena satu kelas dengan Alfa. Alfa adalah teman dekat Afnan ketika di SMP. Walau dahulu mereka tidak satu kelas tapi mereka sering sekali bermain bersama.
            “Tuhan! Udah satu kelas bareng Afnan, satu kelas pula bareng Alfa!”
            “Lo nggak suka satu kelas sama mereka? Gue malah pengen satu kelas bareng Alfa!” Ujar Alifia pelan saat mengatakan ingin satu kelas dengan Alfa.
            “Kenapa? Lo suka sama Alfa? Hayo!” Goda Anna.
            “Ih, apaan, nggak! Gue cuma  pengen tau aja Alfa kayak gimana kalau dikelas, masih sama apa nggak kayak dulu waktu satu kelas sama gue di SD, gitu!”
            “Ah, masa?”
            “Ih, udah ah. Masuk kelas aja yuk! Kelas lo sama gue sebelahan kan?”
            Pagi itu, kelas pertama dimulai. Kelas perkenalan dengan orang-orang baru tentunya. Namun sayang, Alifia dan Anna  tidak satu kelas. Padahal sedari awal Anna melaksanakan MPLS di SMA ini, ia berharap untuk satu kelas bersama Alifia dan jauh dari Afnan, agar perasaan yang ia pendam selama beberapa tahun ini pun lambat laun akan menghilang.
            “Hei An, duduk disini. Biar dekat” Seru Alfa mendahului Afnan berbicara.
            “Nggak ah, males duduk didepan kalian.” Ujar Anna cuek. Ia mengedarkan pandangan kesekeliling kelas. Namun tidak ada bangku kosong lain selain didepan Alfa dan di pojok kelas. Anna tentu tak pernah menginginkan untuk duduk dipojok karena ia yakin tidak akan bisa fokus saat menyimak pelajaran.
            “Beruntung lo kita cariin duduk didepan kita, dari pada lo dibelakang sono ntar nggak kelihatan. Lo kan kecil” Sahut Afnan yang dibarengi tawa kecil Alfa saat menyadari hanya tersisa 2 bangku kosong.
            “Iya-iya, terimakasih Alfa dan Afnan. Kalian sungguh sangat baik!” Seru Anna dengan senyum paksaan saat mengatakan bahwa Afnan dan Alfa baik. Terkadang sifat mereka memang sama seperti anak kecil yang suka meledek satu sama lain. Maklum saja, mereka memang sudah berteman lama.
            “Gimana Alifia? Dia satu kelas sama siapa?” Tanya Alfa saat Anna baru saja sampai dibangku, bahkan belum sempat untuk duduk.
            “Kenapa? Kok lo perhatian gitu? Jangan-jangan..”
            “Ssttt, lo kan memang tau kalo gue punya perasaan sama dia. Jangan sampe orang-orang ikutan tau akan hal ini deh!” Timpal Alfa sewot menanggapi Anna yang masih saja suka meledeknya untuk mendapat kepastian apakah Alfa benar-benar menaruh hati pada Alifia.
            “Lagian kenapa nggak ngomong aja sih sama dia? Jujur dikit kek, biar legaan noh hati lo”
            “Ogah! Ntar dia malah ngga mau temenan sama gue lagi, gimana?”
            “Ah, tapi kayaknya dia juga suka sama lo deh Al”
            “Masa? Lo jan bikin gue baper deh!”
            “Tuh kan, males deh gue ngasih tau, lo nggak pernah percaya sama gue ih!” Kata Anna sebal sambil menggembungkan pipi nya besar-besar.
            “Bukannya gitu, An! Lagian, dia itu perfect banget mana mungkin dia suka sama gue.”
            “Hah, terserah lo aja deh. Gue mah iya aja!”
            “Ya lagian lo juga—“ Ucap Alfa berhenti ketika menyadari seorang guru perempuan muda masuk kedalam kelas dan menuliskan jadwal. Pelajaran akan benar-benar dimulai pada hari esok.
            Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi. Anna dengan segera keluar kelas setelah guru benar-benar memberi izin untuk pulang. Sore ini Anna dan Alifia akan pergi jalan-jalan bersama beberapa teman SMP lainnya. Anna buru-buru keluar kelas agar tidak terkena macet dijalan dan tertinggal teman-temannya yang mungkin sudah berkumpul. Namun, saat dikoridor sekolah, sesuatu terjadi,
            BRUK!

BERSAMBUNG
follow, MikiMizu_ (twitter) and Musyafaahdewi (IG)
Thanks